Perpusnas Bangun 10 Ribu Perpustakaan Desa, Bangun Budaya Baca
--
Kemudian 4.604 perpustakaan desa atau kelurahan replikasi TPBIS. Selain itu ada 2.409 perpustakaan usulan pemerintah kabupaten atau kota. Serta sebanyak 2.387 taman baca masyarakat (TBM).
Dia menjelaskan, dalam program tersebut perpustakaan desa dan TBM akan berkolaborasi dengan perpustakaan sekolah.
Harapannya, agar anak-anak dapat memanfaatkan buku dari kedua tempat tersebut. 'Karena buku di perpustakaan desa dengan yang di sekolah tentunya berbeda. Nah ini harapannya dapat dimanfaatkan semuanya," jelas Amin.
Kolaborasi antara perpustakaan desa dengan perpustakaan sekolah dilakukan dengan kegiatan untuk meningkatkan minat baca.
Seperti mengadakan program seminggu membaca dua buku, membaca nyaring, maupun mendongeng.
Pada Rakor Pengembangan Perpustakaan se-Kalimantan Selatan di Banjarmasin akhir pekan lalu, Amin juga menegaskan membangun literasi itu membangun satu generasi. Sehingga membangun literasi dan budaya baca harus ditanamkan sejak kecil atau usia dini.
Sesuai program prioritas nasional hasil penataan, tahun 2024, fokus penguatan kecakapan literasi masyarakat dilakukan di perpustakaan desa atau kelurahan.
Sebelumnya Amin juga sempat mengutarakan, upaya penguatan literasi di Indonesia dipicu minimnya buku berkualitas. Menurut dia yang jadi persoalan sekarang adalah kurangnya fasilitas berupa buku yang berkualitas. Serta buku-buku yang cocok sesuai dengan usia masyarakat.
Dia mengatakan selama masyarakat mendapatkan akses ke buku berkualitas dan sesuai dengan usianya, minat baca pasti akan meningkat.
Setebal apapun bukunya, ada gambar atau tidak di dalamnya, selama itu menarik bagi seseorang pasti akan dibaca.
Amin berharap persoalan ketiadaan buku berkualitas bisa segera ditangani. Dia mencontohkan sebuah kasus yang ditemukan sendiri.
BACA JUGA:Dispustaka Sumsel Gandeng Perpusnas RI dan Diary Sumsel Sediakan Buku Digital di Pocadi LRT
BACA JUGA:Perpusnas Gelar Bimbingan Teknis
Yaitu anak-anak kelas III SD dijejali buku soal bercocok tanam. Kemudian juga disuguhkan buku soal menangkap ikan atau profesi nelayan.
Menurut Aziz buku tersebut tidak sesuai dengan usia dan dunia anak-anak kelas III SD. Sehingga kecil kemungkinannya akan dibaca. (*/)