Eksistensi Lembaga Survei Pemilu di Indonesia, Ini Sejarahnya
Ilustrasi Lembaga Survei Pemilu di Indonesia-Foto: freepik-
Kecuali Litbang Kompas, semua lembaga riset tersebut didanai oleh lembaga donor asing.
Pada Pemilu tahun 1999, LP3ES berhasil melakukan survei di wilayah Pulau Jawa yang mewakili 60 persen rakyat Indonesia. Ini adalah pemilu paling demokratis sejak tahun 1955. Namun, survei LP3ES menghasilkan angka yang berbeda dengan KPU.
BACA JUGA:Mau Tahu Sejarah Dunia ? Ini 10 Fakta Paling Menarik
BACA JUGA: Keindahan dan Keunikan Situs Sejarah Empat Lawang, Simak Yuk Biar Makin Pinter!
Misalnya, Golkar diprediksi mencapai 17 persen nyatanya dari perhitungan KPU 29,82 persen; sementara Partai Kebangkitan Bangsa diprediksi 18 persen, hasil KPU 20,82 persen; sedangkan PAN mengumpulkan suara 6 persen lebih rendah 0,84 persen dari perhitungan KPU.
Hasil survei LP3ES ini menuai kritik karena dianggap hanya berpusat di Jawa saja sehingga tidak akurat.
Hal ini terbukti dengan perolehan suara PDI Perjuangan dari hasil KPU 37 persen sedangkan hasil survei LP3ES hanya 20 persen.
Namun demikian, hasil riset opini publik saat itu belum diperhitungkan sebagai alat untuk meningkatkan citra partai ataupun tokoh, karena penentuan posisi jabatan masih ditentukan oleh negosiasi antartokoh politik.
Partai juga masih sangat percaya pada pemilih tradisional mereka yang sangat tergantung pada sosok kharismatik, hasil jajak pendapat masih dianggap tidak relevan.
Pada pemilu 1999, meskipun PDI Perjuangan menjadi partai pemenang, pemilihan presiden dan wakil presiden ditentukan oleh negosiasi antara tokoh partai saat itu yang diwakili oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), hingga akhirnya Abdurrahman Wahid yang dilantik sebagai presiden.