Jelang Hari H Pemilu, Baru Tebar ‘Peluru’
Door to Door Campaign, Dana Kampanye, dan Money Politic-Foto: akda/sumeks-
SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID – Masa kampanye yang dimulai 28 November 2023 lalu bisa dibilang sudah separuh jalan. Tapi masyarakat merasakan kurang gregetnya sosialisasi dari para caleg. Baik yang maju ke Senayan (DPR RI), DPD RI, DPRD provinsi maupun DPRD kabupaten/kota.
“Kesannya seperti tidak semangat kampanye. Tidak tahu persisnya caleg-caleg yang maju. Cuma lihat foto-foto mereka di spanduk atau baliho saja,” ujar Diah, ibu rumah tangga, warga Sukarami, Palembang.
Sebagai masyarakat juga mata pilih yang punya hak suara, Diah mengatakan harus berpikir panjang untuk memberikan suaranya. “Habisnya, tidak kenal satu pun. Kalau dulu, masih banyak yang datang ke kita langsung, minta dukungan, beri bantuan. Jadi sedikit banyak kenal mereka,” cetusnya.
Mantan pengurus RT di Palembang, Tanto mengatakan, dia dan warga di lingkungan tempat tinggalnya sering ngobrol soal pemilu, khususnya pileg. Katanya, masyarakat merasa heran dengan cara para caleg sekarang sosialisasi. “Kalau melihat gaya-gayanya, mereka sepertinya akan habis-habisan di detik terakhir. Mungkin sekarang lagi menyiapkan dana untuk bagi-bagi nanti jelang pencoblosan 14 Februari,” bebernya.
BACA JUGA:Wow! Bawaslu Temukan Ratusan Pelanggaran Konten Internet Selama Masa Kampanye Pemilu 2024, Apa Saja?
BACA JUGA:Kumpulkan Warga di Muratara, Hj Rita Suryani Kampanye dan Berikan Pesan Ini
Benarkah demikian? Calon dari Partai Demokrat di Muara Enim, Resna SPdI menegaskan, maju dalam pileg sudah bisa pasti membutuhkan modal yang tidak sedikit. "Kalau tabungan jelas terpakai banyak untuk kegiatan kampanye ini. Tapi belum sampai terjual atau tergadai aset. Menyesuaikan yang ada dulu saja," ujarnya. Menurut dia, sebagai caleg harus ada modal. Itu kaitannya dengan operasional sosialisasi ke masyarakat, termasuk konsumsi. "Tidak mungkin ada caleg maju tanpa modal. Meski tidak banyak, pasti ada. Itu kalau memang serius. Namun juga harus realistis dengan kemampuan finansial yang kita miliki," imbuh Resna.
Untuk model kampanye yang ia lakukan memang tidak mengadakan suatu acara. Sebab, cara itu butuh modal besar. "Kami lebih ke door to door, langsung menemui konstituen. Itu dirasa lebih mengena dan diingat," tutur dia.
Terkait money politic, Resna menegaskan, dia tidak akan melakukan itu. “Kalau caleg lain melakukan itu, silakan saja. Yang psti, setiap tindakan pasti ada konsekuensinya. Belum tentu berhasil. Masyarakat sudah lebih cerdas dan tidak konsumtif sesaat," terangnya.
Terpisah, seorang caleg di OKI mengaku terpaksa menjual tanah kaplingan miliknya untuk menambah modal kampanye sebagai caleg. "Kalau tidak siap uang Rp1 miliar, sulit rasanya," ucap caleg pria itu, tanpa mau dipublikasikan namanya.
BACA JUGA:WOW! Dana Kampanye Prabowo-Gibran Rp31 M, Lampaui AMIN dan Ganjar-Mahfud. Berikut Sumbernya
BACA JUGA:Kampanye Pemilu 2024 Masih Adem Ayem, Meski KPU Sudah Siapkan Gelanggang. Ini Polanya Kini
Yang jadi kekhawatirannya saat mendekati hari H pencoblosan. “Pasti banyak yang akan melakukan serangan fajar,” kata dia. Untuk itu, sejak berniat maju sebagai caleg sudah harus menyiapkan dana.
Ia mengungkapkan, di masa kampanye saat ini caleg banyak memberikan kalender dan stiker saja. “Kalau memberikan uang belum ada yang berani. Mungkin ada, tapi baru segelintir, karena masih takut jika nanti masyarakat lupa untuk memilihnya,” jelas dia.