https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Keliling Bawa Stiker QRIS, Sering Diajak Bank Pameran

SCAN QRIS : Pembeli melakukan scan barcode QRIS untuk transaksi pembayaran jamu.-Foto: Evan Zumarli/sumeks-

Jadi sekarang kemana-mana, keliling Kota Palembang, pedagang membawa kertas atau stiker QRIS. “Pas lewat perusahan-perusahaan banyak menanyakan pembayaran QRIS, karena pegawai rata-rata tidak membawa uang cash,” lanjutnya. Menguntungkan lagi ketika UMKM jamu ikut bazar bersama Perbankan yang membina mereka. 

“Setiap bazar, penyelenggara (bank) mewajibkan semua transaksi pakai QRIS. Kalau sudah dibantu seperti ini, berapa pun stok jamu yang kita bawa pasti habis. Biasanya satu pedagang membawa 100 botol setiap hari, harganya Rp10 ribu per botol. Empat hari bazar habis 400 botol, berarti pendapatannya Rp4 juta,” tutur Dian. 

BACA JUGA:Hemat Cuan, Bersihkan Jamur dari Kaca Mobil Cukup Pakai Bahan-Bahan Rumahan

BACA JUGA:Roti Tawar Basi dan Berjamur? Jangan Buang, Manfaatkan dengan Cara Ini Ladies

Untuk mengoptimalkan transaksi QRIS sekaligus mendukung Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) yang dicanangkan Bank Indonesia sejak 2014, perbankan biasanya memberikan diskon kepada penggunjung pengguna QRIS di merchant. “Misalnya harga jamu Rp10 ribu per botol, kita menjualnya ke konsumen harga diskon Rp8 ribu. Tapi bukan berarti pedagang jamu rugi, kita tetap untung karena tetap menerima Rp10 ribu. Selisihnya disubsidi oleh bank,” terangnya. 

Tentu saja penawaran seperti ini menarik konsumen, meningkatkan pembelian minuman, dan memperbesar omset UMKM jamu. “Bagi pedagang kecil sangat menguntungkan, karena bisa menjual murah, tapi profit yang didapat sama, bahkan lebih,” imbuhnya. Akhirnya QRIS turut memacu perekonomian dan kesejahteraan pedagang jamu di Kampung Jamu Bintara, serta berperan mendukung pertumbuhan UMKM Tanah Air sebagai tulang punggung perekonomian.

“Mayoritas pedagang jamu di kampung kita ini perantauan dari Sukoharjo, Jawa Tengah. Datang ke Palembang sekitar tahun 1970. Mereka menetap, bertahan hidup dengan memproduksi dan menjual jamu turun temurun hingga saat ini,” lanjut Dian. Jualan biasanya 2 kali, berangkat pagi pulang jam 10, nanti siang berangkat lagi pulang jam 4 sore. Penghasilan bersihnya lumayan Rp150 ribu-Rp200 ribu per hari atau Rp4,5-6 juta per bulan. Dari berdagang jamu mereka bisa membangun rumah, membeli kendaraan, menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi. (fad)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan