
Selain HPP gabah, pada Keputusan Kepala Bapanas Nomor 14 Tahun 2025 itu juga menyinggung soal HPP beras. Pemerintah menyesuaikan derajat sosoh beras dari 100 persen menjadi 95 persen, yang dapat diserap Perum Bulog.
“Jadi atas permintaan Menteri Pertanian dan teman-teman Perpadi, derajat sosoh yang sebelumnya 100 persen kita turunkan menjadi 95 persen, sehingga diharapkan bisa membantu penyerapan Bulog," ungkap Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi, Jumat (31/1).
Kebijakan ini seiring dengan target pencapaian serapan gabah yang diupayakan optimal pada periode panen raya guna memenuhi stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dalam kerangka swasembada pangan.
Menurut Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso, penyesuaian standar derajat sosoh beras dari 100 persen menjadi 95 persen, akan sangat membantu upaya pemenuhan penyerapan CBP.
BACA JUGA:Pemerintah Terapkan Harga Pembelian Gabah dan Beras (HPP) untuk Stabilitas Pasar
BACA JUGA: Serap Gabah Petani Rp6.500 per Kg, Menko Pangan: Bisa Tidak Bisa, Harus Dibeli, Ini Arahan Presiden
“Saya kira sudah sangat baik. Karena penggilingan yang kecil-kecil pun bisa mampu langsung untuk setor ke Bulog. Sehingga Insya Allah menuju target serapan 3 juta ton itu kita bisa lakukan," sampainya.
Melalui pembaruan kebijakan ini diharapkan kesejahteraan pelaku usaha perberasan dapat meningkat sehingga mendorong gairah petani untuk meningkatkan produksinya. Melalui strategi ini para stakeholders optimistis dapat memenuhi target pengadaan beras guna menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan nasional sepanjang tahun 2025.
Pada musim panen ini, Bulog diharapkan bersinergi dengan petani, kelompok tani (poktan), dan gabungan kelompok tani (gapoktan) untuk memastikan serapan optimal. Selanjutnya kerja sama dengan mitra penggilingan, untuk mengolah GKP (Gabah Kering Panen) menjadi GKG (Gabah Kering Giling) dan beras guna meningkatkan efisiensi rantai pasok.
Momentum panen raya tahun ini sangat penting untuk mengoptimalkan serapan gabah/beras dalam negeri. “Tentunya dengan harapan bahwa proyeksi panen raya dari BPS dapat terealisasi dengan baik di lapangan," urai Arief.
BACA JUGA:Wamentan: Tengkulak Jangan Jadi Kompeni Baru Memeras Rakyat, Sebut HPP Gabah Sumsel Terendah
BACA JUGA:Menteri Zulhas Tegaskan Pabrik Padi Wajib Beli Gabah Petani Seharga Rp 6.500, Ini Alasannya!
Berdasarkan amatan Badan Pusat Statistik (BPS), proyeksi panen pada Januari 2025 sebanyak 1,31 juta ton beras, Februari 2025 sebanyak 2,08 juta ton beras. Lalu Maret, diperkirakan melonjak jadi 5,20 juta ton beras.
Angka ini sudah melampaui konsumsi beras bulanan sebesar 2,5 juta ton atau mengalami surplus. Berdasarkan tren, diperkirakan produksi beras masih akan surplus seiring musim panen raya di April dan Mei.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, proyeksi produksi padi pada Januari hingga Maret 2025 sebagaimana data BPS, mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.
"Dibanding tahun lalu, itu (naik) 50 persen di Januari, 49 persen di Februari, dan naik 51 persen di bulan Maret. Semoga di April juga baik," harapnya.