NPL net juga turun menjadi 0,75 persen dari 0,77 persen pada bulan sebelumnya.
Tren penurunan terlihat pada rasio Loan at Risk (LaR) yang menyentuh 9,82 persen, lebih rendah dibandingkan periode sebelum pandemi (Desember 2019: 9,93 persen).
Dari sisi profitabilitas, Return on Assets (ROA) tercatat stabil di 2,69 persen, menunjukkan industri perbankan tetap resilien di tengah tantangan global.
Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) juga berada pada level tinggi, yakni 26,92 persen, meskipun sedikit menurun dibandingkan Oktober 2024 (27,02 persen).
Perkembangan Kredit BNPL dan Penanganan Judi Online
Produk Buy Now Pay Later (BNPL) perbankan menunjukkan pertumbuhan tahunan yang signifikan. Pada November 2024, baki debet kredit BNPL naik 42,68 persen (yoy) menjadi Rp21,77 triliun dengan total rekening mencapai 24,51 juta.
Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memperkuat upaya pemberantasan judi online. Hingga November 2024, OJK telah memblokir sekitar 8.500 rekening terkait aktivitas ilegal tersebut.
OJK juga meningkatkan kerja sama dengan perbankan untuk deteksi dini dan pengawasan terhadap rekening dormant yang berpotensi disalahgunakan.
Pencabutan Izin Usaha BPR Bermasalah
Dalam rangka penegakan ketentuan, OJK mencabut izin usaha beberapa Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada Desember 2024.
Di antaranya adalah PT BPR Duta Niaga (Kalimantan Barat), PT BPR Pakan Rabaa Solok Selatan (Sumatera Barat), PT BPR Kencana (Jawa Barat), dan PT BPR Arfak Indonesia (Papua Barat). Langkah ini diambil sebagai bagian dari pengawasan ketat terhadap kesehatan lembaga keuangan.
Secara keseluruhan, kinerja perbankan Indonesia pada November 2024 menunjukkan pertumbuhan yang solid dengan risiko yang terkendali.
Likuiditas yang cukup, kualitas kredit yang terjaga, dan profitabilitas yang stabil menjadi indikator kuat bahwa sektor perbankan tetap resilien menghadapi tantangan ekonomi global.