SUMATERAEKSPRES.ID - Ada fakta unik di bawah langit tropis Filipina yang cerah, kisah-kisah masa lalu berdesir di antara angin yang berhembus dari Teluk Manila.
Jejak masa lalu itu tidak hanya membentang melintasi sejarah panjang perjuangan melawan penjajah.
Tetapi juga membawa kita kembali ke akar sebuah peradaban yang diukir oleh seorang putra Minangkabau, Raja Sulaiman.
Manila, ibu kota Filipina, berdiri megah di tepi Pasig. Penamaannya, jika ditarik ke masa lampau, diyakini berasal dari kata fi’ amanillah, yang berarti "di bawah lindungan Allah SWT."
BACA JUGA:Garuda Angkat Koper, Main di Kandang Sendiri Malah Ditekuk Filipina 0-1
BACA JUGA:Timnas Indonesia Diminta Tonton Laga Filipina vs Vietnam, Shin Tae Yong Siapkan Taktik Khusus
Raja Sulaiman, seorang pemimpin berdarah Minangkabau, adalah tokoh yang memainkan peran sentral dalam meletakkan fondasi kota ini.
Sejarawan mengaitkan asal-usulnya dengan Kerajaan Maynila, Tondo, dan Namayan, kerajaan-kerajaan kecil yang bersinar di tanah Filipina sebelum datangnya Spanyol.
Raja Sulaiman, bersama rekan-rekannya, Raja Matanda dan Raja Lakandula, memimpin wilayah yang strategis dan subur ini pada abad ke-16.
Sungai Pasig menjadi saksi bisu kepemimpinan mereka, dengan Sulaiman dan Matanda menguasai area selatan, sementara Lakandula memerintah di utara.
BACA JUGA:Kolaborasi Kemendikbudristek dan Filipina: Program Pertukaran Mahasiswa dan Potensinya!
BACA JUGA:Cukur Timor Leste, Filipina Mengancam. Berusaha Tempel Timnas Indonesia di Peringkat 2
Penyebaran Islam di Filipina
Di masa kejayaannya, Islam menyebar luas di Filipina. Hal itu juga diungkap seorang peneliti bernama Mochtar Naim yang dmuat dalam website resmi Indonesia.go.id.
Raja Sulaiman, bersama para perantau Minangkabau lainnya, membawa kepercayaan ini dari Nusantara ke pelosok negeri.
Seperti yang dijelaskan dalam penelitian Mochtar Naim dalam Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau (1974), migrasi besar-besaran orang Minang tak hanya menjangkau Malaysia, Kalimantan, dan Brunei.