Tetapi juga menorehkan pengaruh di Filipina.
Jejak perantauan ini juga diakui oleh sejarawan. Pola migrasi orang Minangkabau sangat luas mengungkap fakta bahwa pengaruh budaya dan agama Minangkabau menyentuh Sabah, Sulu, hingga Manila.
Bahkan, kerajaan Sulu di Filipina selatan juga didirikan oleh Raja Baginda, seorang tokoh Minangkabau lainnya. "Pendiri Kota Manila adalah Raja Sulaeman dari Minangkabau. Sedangkan kerajaan Sulu di Selatan Filipina didirikan Raja Baginda, juga dari Minangkabau," kata Naim yang dikutip sumateraekspres.id dari Indonesia.go.id pada Kamis 26 Desember 2024.
BACA JUGA:Makin Memanas! Filipina dan AS Guncang Laut China Selatan dengan Patroli Gabungan
Perlawanan Terhadap Spanyol
Namun, kedigdayaan Islam di Filipina tidak berlangsung lama.
Datangnya armada besar Spanyol di bawah pimpinan Ferdinand Magellan pada tahun 1521 membawa gelombang kolonialisme yang besar.
Sultan Sulaiman, yang kala itu memimpin Pulau Seludung (kini Luzon), tak tinggal diam. Pasukannya menghadang armada Spanyol, sementara tokoh Islam lainnya, Lapu-Lapu, berhasil menewaskan Magellan dalam pertempuran heroik.
Sayangnya, kekuatan besar Spanyol perlahan menggulung kejayaan kerajaan-kerajaan lokal.
Filipina pun berubah wajah, dari negeri yang pernah dilingkupi oleh semangat Islam menjadi koloni Katolik yang kuat.
BACA JUGA:Ditahan Imbang Filipina 1: 1, Pelatih Timnas STY Salahkan Lapangan. Sebut Belum Terbiasa Rumput Ini
Meski demikian, warisan Sulaiman tetap terasa, terutama melalui bangunan bersejarah seperti Intramuros Walled City, benteng megah yang menjadi saksi awal mula berdirinya Manila modern.
Meskipun mayoritas penduduk Filipina kini bukan beragama Islam, peninggalan masa kejayaan Islam tetap hadir.
Masjid Syekh Karim al-Makdum, yang dibangun pada 1380 oleh seorang pedagang Arab, menjadi masjid tertua di Filipina.
Di Quiapo, kawasan tua di Manila, tradisi perdagangan berbasis syariat Islam masih bertahan hingga kini.