Memandirikan Kawasan Transmigrasi, Ciptakan Sumsel Swasembada Pangan

Kamis 28 Nov 2024 - 18:51 WIB
Reporter : Rendi
Editor : Edi Sumeks

Dengan naiknya produktivitas pertanian, penghasilan petani semakin bertambah. Walaupun harga komoditas tergantung musim per musim, misalnya harga musim terakhir padi (IP 200) Rp5.000 per kg padi kering sawah, tertinggi Rp7.300 per kg, sementara jagung terendah Rp3.000 per kg dan tertinggi Rp4.300 per kg kering sawah. “Dengan harga gabah Rp5 ribu per kg saja, saya memperoleh pendapatan kotor Rp37,5 juta per hektar,” lanjutnya. 

Karena sektor pertanian masih menjanjikan, ia menekankan generasi milenial mau terjun ke sawah. “Kita upayakan ada regenerasi petani untuk keberlanjutan pertanian dan swasembada pangan Sumsel. Saya selalu mengajak anak-anak muda mau bertani meneruskan warisan orang tua,” ujarnya. Komitmen ini sebagaimana Program Makmur Pupuk Indonesia memberdayakan dan mendorong regenerasi petani, lewat pendampingan budidaya, digital farming, pinjaman modal, hingga penyediaan pupuk yang cukup.

 BACA JUGA:Mengenal Ilir Timur III: Kawasan Bersejarah dengan Lapangan Golf Kenten Standar Internasional, Harmoni Budaya

BACA JUGA:Urban Farming Tingkatkan Ketahanan Pangan, Tambah 170 Ribu Ha Lahan Sawah, Produksi Naik Dua Lipat

Pemilik Kios Sumber Jaya, Romli mengaku ia mendistribusikan pupuk subsidi untuk 2 ribu petani Desa Telang Jaya dan Sumber Hidup. “Suplai dari Pusri tiga kali periode setahun atau per 4 bulan sesuai jumlah masa tanam (IP 300). Tapi biasanya saya melakukan penebusan setiap minggu 100 ton, melihat kondisi stok dan serapan petani,” ujarnya. 

Dijelaskan, ia memperoleh suplai sesuai e-RDKK tani. Tahun lalu kios-nya menyalurkan pupuk Urea subsidi 1.237,55 ton dan NPK Phonska 1.181,15 ton. Petani yang mau membeli pupuk subsidi wajib terdaftar di e-RDKK, menunjukkan KTP, mengisi form penebusan, serta memiliki lahan 2 hektar per musim tanam. Setiap nama petani memiliki jatah masing-masing. 

“Penggunaan sistem e-RDKK oleh Pemerintah agar penyaluran tepat sasaran dan merata. Sebelumnya, Gapoktan bersama penyuluh menghitung berapa kebutuhan petani. Lalu datanya setor ke kita, kita sampaikan ke Pusri. Setelahnya penetapan alokasi dan pendistribusian pupuk subsidi,” bebernya. 

Sejauh ini, lanjut Romli, tak pernah ada kelangkaan atau kekosongan pupuk di Muara Telang. “Pasokan selalu lancar meski kita di daerah perairan. Pupuk diangkut menggunakan kapal. Jika tahun lalu ada petani mengeluh, kuota dari Pemerintah-nya tak mencukupi,” imbuh pria yang sudah jadi pengecer Pusri 10 tahun ini. Makanya tahun ini Pemerintah menambah kuota pupuk subsidi 2 kali lipat, dari 4,7 juta ton (2023) menjadi 9,55 juta ton. “Sekarang stok pupuk melimpah,” terangnya lagi. 

BACA JUGA:Urban Farming Aspirasi Inovasi TNI untuk Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Rakyat

BACA JUGA:Polres Musi Rawas Tanam Jagung, Dukung Ketahanan Pangan Nasional

Ketika stok di gudang menipis ia cepat memesan lagi. “Stok terjaga karena pelaporan ke Pusri tak lagi manual seperti dulu, catat, kirim bukti nota, dan KTP. Sekarang serba digital, ada penebusan input ke iPubers (Integrasi Pupuk Bersubsidi) berbasis NIK petani. Semua terpantau di HP dari penyaluran pupuk bersubsidi, alokasi per petani, stok pupuk,” ungkapnya. Aplikasi yang dikembangkan Kementerian Pertanian dan Pupuk Indonesia ini dapat di-download di Play Store. 

Romli mengakui ketersediaan pupuk pula yang membuat Muara Telang swasembada beras, pertanian berkelanjutan sejak era transmigrasi, dan petani makmur. Bahkan kawasan eks transmigrasi ini menjadi kecamatan dengan produksi padi dan luas panen terbesar di Banyuasin. Sementara Banyuasin menopang produksi padi tertinggi di Sumsel mencapai 958.342 ton GKG (33,71 persen) pada 2024.

Berdasarkan data BPS, tahun 2024, produksi padi Sumsel tertinggi kelima di Indonesia sebesar 2.842.559 ton GKG atau setara 1.632.354 ton beras. Angka ini jauh melampaui kebutuhan atau konsumsi beras 9 juta jiwa penduduk Sumsel sebanyak 840 ribu ton/tahun. Artinya Sumsel surplus beras 792 ribu ton yang disalurkan ke daerah lainnya.

Kepala Dinas Pertanian TPH Provinsi Sumsel, Dr Ir H R Bambang Pramono MSi menjelaskan Sumsel salah satu daerah yang masuk program strategis nasional (PSN) optimasi lahan rawa menjadi lahan sawah guna mewujudkan swasembada pangan nasional. Dalam Peta Jalan Swasembada Beras 2027, Indonesia diharapkan mampu menambah produksi beras hingga 2,5 juta ton tahun 2025, 5 juta ton 2026, dan 10 juta ton 2027 dari produksi 2024 yang hanya 30,34 juta ton. 

BACA JUGA:Penyimpangan Dana Honor Tenaga Medis di Puskesmas Citra Medika Lubuklinggau: Jaksa Temukan Kerugian Rp323 Juta

BACA JUGA:Polda Sumsel Suplai Sumber Protein, Karbohidrat, Vitamin, Lahan Produktif Pakri Dukung Ketahanan Pangan

Kategori :