Di luar angkasa, satu-satunya cara panas dapat ditransfer adalah melalui radiasi, yakni pancaran energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik.
Ketika radiasi Matahari bertemu dengan benda padat seperti pesawat luar angkasa, molekul-molekul di benda itu menyerap energi dan memanas. Ini mengapa pesawat ruang angkasa atau satelit dapat menjadi sangat panas ketika berada dalam paparan langsung sinar Matahari, bahkan mencapai suhu lebih dari 100 derajat Celsius di satu sisi yang menghadap Matahari.
BACA JUGA:Alasan Jepang Bikin Satelit Kayu Pertama yang Siap Meluncur ke Luar Angkasa, Ternyata Karena Hal Ini
BACA JUGA:Kecerdasan Gurita di Luar Nalar, Ilmuwan Sebut Asal Mahluk Ini dari Luar Angkasa, Apa Iya?
Namun, bagian yang tidak terkena sinar Matahari atau yang terpapar bayangan dapat mengalami suhu yang sangat rendah, sering kali mendekati -150 derajat Celsius atau lebih rendah.
Hal ini terjadi karena di luar angkasa, tanpa medium yang cukup untuk menghantarkan panas, benda di sana kehilangan energi dengan sangat cepat.
Suhu adalah ukuran energi termal atau gerakan molekul dalam suatu benda atau zat. Karena di luar angkasa tidak ada molekul yang cukup banyak, maka tidak ada gerakan molekul yang cukup besar yang menghasilkan panas.
Dalam fisika, suhu ruang antarplanet dianggap mendekati nol mutlak, yaitu sekitar -270 derajat Celsius. Pada suhu ini, molekul-molekul hampir tidak bergerak sama sekali karena energi panasnya sangat rendah.
Jika astronot berada di luar angkasa tanpa perlindungan, mereka tidak akan merasakan dingin dalam arti seperti di Bumi, tetapi tubuh mereka akan kehilangan panas dengan sangat cepat karena tidak ada yang mengembalikan panas kepada mereka, yang membuat kondisi ini sangat berbahaya.
Bumi terlindungi dari suhu ekstrem luar angkasa oleh atmosfernya. Atmosfer bumi bertindak seperti selimut tebal yang memerangkap sebagian besar energi panas Matahari dan mencegahnya hilang kembali ke luar angkasa.
Inilah yang menciptakan iklim yang layak huni bagi kehidupan di Bumi. Selain itu, atmosfer juga mendistribusikan panas secara merata melalui angin dan arus laut, sehingga meskipun malam hari lebih dingin daripada siang, perbedaan suhu tidak seekstrem luar angkasa.
BACA JUGA:Peugeot Pamerkan Inception dengan Interior 'Luar Angkasa' dan Hypersquare Steering, Nih Tampangnya!
BACA JUGA:Misteri Tanda Tanya Raksasa di Luar Angkasa, NASA Ungkap Fakta Mengejutkan Ini!
Ketika para ilmuwan dan insinyur merancang wahana antariksa atau pakaian astronot, mereka mempertimbangkan fenomena radiasi termal ini. Misalnya, satelit sering kali dilapisi dengan bahan reflektif untuk memantulkan radiasi Matahari agar tidak terlalu panas.
Demikian juga, pakaian astronot dirancang untuk memberikan isolasi termal dan melindungi astronot dari paparan sinar kosmik dan radiasi berbahaya dari Matahari.
Pakaian ini juga memiliki lapisan reflektif yang dapat memantulkan sebagian besar sinar Matahari agar tidak terlalu panas dan sistem pendinginan internal untuk menjaga tubuh astronot tetap pada suhu yang stabil.