Dahulu, Sungai Tawar sering digunakan warga untuk kebutuhan Mandi, Cuci, dan Kakus (MCK).
Namun, dengan hadirnya PDAM, masyarakat kini lebih memilih untuk menggunakan air bersih dari jaringan perpipaan. "Sekarang kami tidak bisa lagi mandi di Sungai Tawar.
Kecuali saat air Sungai Musi pasang," jelas Iwan, seorang pedagang di daerah tersebut.
Meskipun air sungai terlihat kurang bersih, banyak orang yang masih datang untuk mengambil air dari sumber mata air. "Airnya pasti dijernihkan dulu sebelum diminum.
Ada yang datang siang, ada juga yang malam," tambah Umi. Aktivitas ini menunjukkan betapa dalamnya kepercayaan masyarakat terhadap khasiat air Sungai Tawar.
M. Ridho Rasyid, Lurah setempat, menambahkan bahwa keberadaan mata air ini terus menarik minat banyak orang.
"Ketika air pasang, mata air ini tidak terlihat, tetapi saat musim kemarau, sumber mata air ini muncul jelas dari tanah. Warna airnya agak keabu-abuan," jelas Ridho.
Ia juga menegaskan bahwa meski air terlihat keruh, saat dibawa pulang, air tersebut bisa berubah menjadi jernih.
Ridho berharap agar tempat ini dapat lebih dikenal dan diakses oleh masyarakat. "Kami berencana untuk membangun fasilitas yang lebih baik agar pengunjung dapat dengan mudah mengakses sumber mata air ini," ungkapnya.
Sungai Tawar bukan sekadar aliran air yang mengalir di tengah kota. Ia adalah simbol dari kekayaan sejarah dan kepercayaan masyarakat.
Meskipun kondisi airnya tidak seperti dulu, keberadaannya tetap dihargai dan dicari oleh banyak orang. Dengan upaya pemerintah untuk memperbaiki dan memperindah kawasan ini, harapan akan revitalisasi Sungai Tawar sebagai tempat yang lebih nyaman dan menarik bagi pengunjung di masa depan menjadi semakin nyata.