JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID - Pada akhir hari Kamis, 26 September 2024, nilai tukar rupiah ditutup pada level bid Rp15.160 per dolar AS.
Data terbaru menunjukkan bahwa yield Surat Berharga Negara (SBN) untuk tenor 10 tahun mengalami kenaikan menjadi 6,44%.
Di sisi lain, DXY (Dollar Index) melemah ke level 100,56, sementara yield US Treasury Note (UST) untuk tenor 10 tahun juga meningkat menjadi 3,796%.
Memasuki pagi hari Jumat, 27 September 2024, rupiah dibuka lebih kuat pada level bid Rp15.070 per dolar AS. Yield SBN 10 tahun kembali mencatatkan kenaikan, kini berada di angka 6,47%.
BACA JUGA:Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia Perbarui Perjanjian Swap Bilateral
BACA JUGA:Rupiah Ditutup Stabil Pada Pekan Ini
Berdasarkan laporan terkait aliran modal asing untuk minggu keempat bulan September 2024, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor 5 tahun per 26 September 2024 tercatat sebesar 67,36 basis poin, mengalami peningkatan dibandingkan 20 September 2024 yang sebesar 67,28 basis poin.
Analisis transaksi selama periode 23 hingga 26 September 2024 menunjukkan bahwa nonresiden mencatatkan jual neto sebesar Rp9,73 triliun.
Rinciannya mencakup jual neto Rp2,88 triliun di pasar saham, Rp1,30 triliun di pasar SBN, dan Rp5,55 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Namun, secara kumulatif sepanjang tahun 2024, nonresiden telah melakukan beli neto sebesar Rp57,13 triliun di pasar saham, Rp31,07 triliun di pasar SBN, dan Rp193,60 triliun di SRBI.
BACA JUGA:Akhir Pekan Bank Indonesia Catat Rupiah Sebesar 15.395 per dolar AS
BACA JUGA:Gagalkan Penjualan 8 Cula Badak Bernilai Miliaran Rupiah di Palembang
Khusus untuk semester kedua 2024, total beli neto nonresiden tercatat sebesar Rp56,79 triliun di pasar saham, Rp65,03 triliun di pasar SBN, dan Rp63,25 triliun di SRBI.
Bank Indonesia terus berupaya memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait lainnya.
Mereka juga berkomitmen untuk mengoptimalkan strategi bauran kebijakan demi mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.