SUMATERAEKSPRES.ID – Kota Palembang, salah satu kota tertua di Nusantara, tidak hanya menyimpan sejarah panjang, tetapi juga memiliki situs bersejarah yang menjadi cagar budaya, salah satunya adalah kawasan Sekanak.
Berlokasi di dekat Kantor Walikota Palembang yang dulu dikenal sebagai Kantor Ledeng, Sekanak menyimpan jejak masa lalu yang kaya akan nilai budaya dan sejarah.
Sekanak adalah salah satu kawasan paling bersejarah di Palembang yang terletak di sekitar Sungai Musi. Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, kawasan ini menjadi tempat tinggal para bangsawan dan kerabat kesultanan.
Lokasinya yang strategis di tepi Sungai Musi menjadikan Sekanak pusat perdagangan yang ramai. Pedagang dari berbagai penjuru Asia datang ke ini untuk melakukan transaksi ekonomi.
BACA JUGA:Pilihan Akomodasi Beragam di Lahat, Simak Dari Hotel Berbintang hingga Hotel Melati
BACA JUGA:Pilihan Hotel Berbintang Hingga Melati di Baturaja. Menyediakan Kenyamanan Bagi Setiap Pengunjung
Namun, Sekanak memiliki peran yang lebih penting dalam sejarah Palembang, yakni sebagai benteng pertahanan terakhir Kesultanan Palembang ketika menghadapi invasi Belanda.
Para bangsawan dan prajurit kesultanan bertahan di kawasan ini dengan penuh semangat, meskipun akhirnya Palembang jatuh ke tangan penjajah.
Nama "Sekanak" sendiri berasal dari bahasa Melayu, dengan interpretasi yang paling umum merujuk pada kata "kanak" yang berarti anak-anak atau keturunan.
Dengan demikian, Sekanak dapat diartikan sebagai kawasan yang dihuni oleh keturunan bangsawan atau kerabat kesultanan. Kehidupan sehari-hari di Sekanak sangat dipengaruhi oleh sejarah dan budaya lokal yang kaya.
BACA JUGA:Ratusan Warga Sukosari Antusias Sambut Pasangan Fitri-Nandri, Siap Menangkan Pilkada Palembang
BACA JUGA:PROJO Lahat Apresiasi Pembangunan Jokowi, Berharap Kemajuan di Era Prabowo
Kehidupan di Sekanak
Dalam kehidupan sehari-hari, Sekanak masih mempertahankan nuansa khas Palembang. Aktivitas ekonomi di kawasan ini tetap hidup, dengan perdagangan kecil, warung makan, dan pasar tradisional yang masih aktif.
Budaya lokal pun masih sangat kental, dengan perayaan adat seperti pernikahan dan sunatan yang melibatkan seluruh komunitas.