Di sepanjang daerah pertemuan ini, awan Arcus akan terbentuk dan menampakkan dirinya seperti gulungan awan raksasa.
Proses ini sering kali diikuti oleh angin kencang dan hujan lebat, yang menjadikan awan Arcus sebagai peringatan awal akan datangnya cuaca buruk.
Anggota Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TREAK) dari Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), Ina Juaeni, menyebutkan bahwa awan Arcus sering kali ditemukan bersama dengan awan badai cumulonimbus.
Meski keduanya bisa melekat satu sama lain, awan Arcus juga bisa terbentuk terpisah dari awan induknya.
Terdapat dua jenis awan Arcus yang sering dijumpai, yakni Arcus berbentuk gulungan panjang secara horizontal yang terpisah dari awan cumulonimbus, dan Arcus berbentuk datar atau papan panjang yang menyatu dengan dasar awan cumulonimbus.
Kemunculan awan Arcus ini disebabkan oleh perbedaan angin atau shear angin, yang membuat bagian luar awan tampak halus, sementara bagian dalamnya terlihat kasar akibat angin yang lebih kuat di dalamnya.
Awan ini merupakan tanda awal bahwa angin kencang dan hujan badai akan segera datang.
Meskipun terlihat menakutkan, awan Arcus tidak berbahaya secara langsung, tetapi perlu diwaspadai karena potensi cuaca ekstrem yang bisa menyertainya.
Ina juga menambahkan bahwa awan Arcus berbentuk gulungan panjang cenderung lebih jarang ditemukan dibandingkan Arcus berbentuk datar.
Awan gulungan ini biasanya muncul di sepanjang pantai, namun juga bisa terbentuk di daerah yang jauh dari laut.
Ini membuktikan bahwa fenomena awan Arcus tidak hanya terbatas pada wilayah pesisir, melainkan bisa terjadi di mana saja, tergantung pada kondisi atmosfer yang mendukung terbentuknya.
BACA JUGA:Waduh, 3 Pemain Andalan Arsenal Absen Jelang Derby Lawan Tottenham, Arteta Dibuat Pusing!
BACA JUGA:Ini 8 Game Konami Terbaik Sepanjang Masa yang Wajib Kamu Mainkan
Secara keseluruhan, fenomena awan tsunami atau awan Arcus ini merupakan fenomena atmosfer yang wajar dan tidak perlu ditakuti.