“Nilai-nilai moral dan ideologi yang baik akan berdampak kepada anak sehingga ia akan siap bersosial dengan masyarakat di kemudian hari,” tambah dr Seiska.
Ia menegaskan, salah satu kunci supaya keluarga dapat berfungsi secara optimal adalah dengan menjaga kesehatan mental keluarga.
Kesehatan mental adalah keadaan sejahtera setiap individu, dalam mewujudkan potensi diri sendiri.
Orang yang memiliki mental sehat memiliki ciri-ciri antara lain bisa mengatasi tekanan hidup yang terjadi, dapat bekerja produktif, menyadari potensi yang dimiliki, dan menjalin hubungan positif dengan orang lain.
Sedangkan, orang yang tidak sehat mental memiliki gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, dan/atau sulit mengendalikan emosi.
BACA JUGA:Intip Yup! Berikut 9 Bunga Mawar yang Tersembunyi, Ga Cuma Jadi Simbol Kasih Sayang Lho
BACA JUGA:Didik Anak dengan Cinta dan Kasih Sayang
Contoh gangguan mental yang sering terjadi antara lain cemas dan depresi.
“Gangguan-gangguan mental ini timbul karena kesulitan dalam mengelola stress,” tukasnya.
Menurut dia, pengelolaan stress penting dilakukan oleh individu sebagai anggota keluarga.
Manajemen stress iniduvidu dapat berupa melakukan relaksasi, berolahraga, melakukan hobi, dan jika tidak tertangani dapat mencari bantuan profesional.
Antisipasi stress itu sendiri dapat dilakukan dengan cara mengatur keuangan keluarga, mengatur skala prioritas, berusaha menyelesaikan pekerjaan di kantor dengan disiplin supaya selesai tepat waktu, dan mengusahakan komunikasi yang baik dengan orang lain.
Interaksi yang positif akan menciptakan keluarga yang harmonis.
Komunikasi yang suportif dan tidak defensif akan menimbulkan kenyamanan bagi setiap anggota keluarganya.
Melakukan kegiatan bersama akan menimbulkan kedekatan.
“Setiap anggota keluarga disarankan untuk selalu terbuka mengenai masalahnya di luar keluarga sehingga diharapkan mendapatkan dukungan dari keluarga meskipun masalah di luar sedang sulit terkendali,” pungkasnya. (lia)