SUMATERAEKSPRES.ID – Setiap pasangan suami istri tentu tak menginginkan perceraian atau perpisahan dalam rumah tangga. Perceraian merupakan langkah terakhir jika tak ada lagi solusi. Karena perceraian ini tak hanya memengaruhi hubungan antara suami istri, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan anak-anak.
Keluarga merupakan fondasi utama dalam pembentukan karakter dan perilaku anak. Ketika terjadi perpecahan dalam keluarga atau sering disebut sebagai “broken home,” anak-anak dapat mengalami dampak negatif yang signifikan
Melansir International Journal of Applied Research, rumah tangga yang hancur dapat mengganggu dan membingungkan anak, sehingga sangat perlu diberi perhatian yang cukup. Untuk mengenali anak broken home itu seperti apa dapat menjadi kesulitan tersendiri karena sifat anak broken home dari anak satu ke anak lainnya dapat bervariasi.
BACA JUGA:Judi Online Jadi Penyebab Utama Tingginya Angka Perceraian di OKU Timur
BACA JUGA:Angka Penceraian, Masuk Lima Besar di Sumsel
Ada beberapa ciri atau tanda anak broken home yang dapat dikenali. Namun perlu diingat, tak semua ciri atau perilaku ini sudah pasti terjadi karena broken home. Dilansir dari hellosehat, berikut beberapa tandanya yang mungkin bisa dikenali.
1. Perilaku menarik diri
Salah satu ciri anak yang broken home adalah kesulitan untuk bersosialisasi. Ini adalah dampak dari broken home saat remaja yang membuat ia menarik diri dari lingkungannya.
Mereka cenderung menjadi lebih tertutup dan kurang bersosialisasi dibandingkan dengan teman-teman sebaya mereka. Anak-anak ini mungkin merasa sulit untuk membangun hubungan baru atau mempertahankan hubungan yang ada karena ketidakpercayaan dan kecemasan yang mereka alami.
Bahkan, mereka mungkin lebih suka menyendiri, menghindari aktivitas sosial, dan menunjukkan ketidakminatan dalam berinteraksi dengan orang lain.
2. Perubahan emosional
Mood swings adalah salah satu sifat yang kerap terjadi pada anak broken home. Mereka bisa mengalami mood swings yang drastis, dari merasa sangat bahagia ke sangat sedih dalam waktu singkat. Perubahan emosi ini bisa dipicu oleh perasaan kehilangan, kebingungan, atau bahkan rasa bersalah yang mereka rasakan terkait dengan kondisi keluarganya.
Tidak stabilnya emosi di rumah pun membuat anak-anak ini sulit untuk mengelola perasaan mereka dengan baik. Pada kasus yang lebih parah, anak broken home pun mungkin mengalami kecemasan berlebih dan depresi yang dapat mengganggu keseharian mereka.
BACA JUGA:Tren Pernikahan-Perceraian Menurun, Kurun Waktu Tiga TahunTerakhir
BACA JUGA:Jalani 3 Tahun Pernikahan, Ariana Grande Akhirnya Resmi Bercerai
3. Masalah kesehatan fisik dan mental
Anak-anak dari keluarga broken home juga sering menghadapi masalah kesehatan fisik dan mental.
Stres yang mereka alami bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh, yang membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit. Selain itu, mereka mungkin mengalami gangguan tidur, masalah makan, dan gejala lainnya seperti sakit kepala dan sakit perut yang tidak memiliki penyebab medis yang jelas.