Untuk menjadi pelajaran kita semua mengapa disamping Baitullah/Ka’bah diabadikan oleh Allah Tapal kaki (Maqom) Nabi Allah Ibrahim AS hal ini agar menjadi Ingatan yang kuat bagi kita, firman Allah SWT dalam Al-qur’an menyatakan dalam surah Al-baqarah : 125
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan Ambillah/jadikanlah sebagian Maqom Ibrahim tempat Sholat (ingat). Dan telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail “Bersihkanlah rumahku untuk orang orang yang Thawaf, yang I’tikaf, yang Ruku’ dan Sujud”.
BACA JUGA:Mang Kawo Resmi Jadi Maskot Pilkada Empat Lawang 2024, Ini Makna Mendalamnya!
Pesan terakhir setelah kita menyelesaikan rangkaian ritual Ibadah Haji Allah SWT berfirman dalam surah Al-baqarah : 200
فَاِذَا قَضَيْتُمْ مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَذِكْرِكُمْ اٰبَاۤءَكُمْ اَوْ اَشَدَّ ذِكْرًا ٍ
Artinya : “Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu. Maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut nyebut (membangga-banggakan) Nenek moyangmu atau (bahkan) kamu berziki rmengingat Allah lebih banyak dari itu”.
Maksudnya orang yang sudah melaksanakan ibadah Haji, seluruhnya totalitas hanya untuk Allah seluruh aktifitas yang dikerjakan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT, rukun Islam terakhir sudah dikerjakan maka ajaran Islam akan lebih sempurna ia laksanakan, bila rangkaian perjalanan Haji dilakukan oleh Ummat Islam seperti yang dikehendaki Allah dan Rosulnya, maka akan semakin banyak di negeri ini orang orang bertaqwa, orang orang yg senang berbuat kebaikan, orang orang yang tidak suka melakukan kerusakan, orang orang yang mentaati dan menegakkan keadilan dan orang orang yang dapat menjadikan dirinya menjadi Rohmatan lil'alamin. Maka pantaslah orang itu mendapatkan Haji Mabrur.
Idul Adha dinamai juga “IdulNahr” artinya hari raya penyembelihan. Hal ini untuk memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim. Akibat dari kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan menjadikan ia sebagai “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah gelar khalilullah disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal baktinya!”
Sebagai realisasi dari firmannya ini, Allah SWT mengizinkan pada para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah SWT.
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun dan sudah lama ditunggu tunggu kehadirannya, Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa spektakuler itu dinyatakan dalam Al-Qur’an:
BACA JUGA:Cara Mendapatkan Saldo DANA Hingga Ratusan Ribu Setiap Hari dengan DANA Kaget
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhny aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapati aku termasuk orang yang sabar.” (QS Aa-saffat: 102)
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah, Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah bulat-bulat, seperti ayahnya yang telah tawakkal. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya.
Allah telah meridloi kedua ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat 107-110:
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”