Umar bin Khattab, yang telah menjadi Khalifah, turut haru melihat pemandangan ini.
Ia tahu betapa besar pengaruh Bilal dalam sejarah Islam dan bagaimana adzan yang dulu dinyanyikan oleh Bilal menggetarkan hati semua orang.
BACA JUGA:Mengejutkan, Ternyata Metformin Bisa Cegah Kanker Darah Loh
Kemudian, salah satu cucu Rasulullah, mungkin dengan suara lirih, memohon kepada Bilal, “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami.”
Umar bin Khattab juga ikut meminta agar Bilal kembali melantunkan adzan di Masjid Nabawi, walaupun hanya satu kali saja.
Bilal, dengan hati yang penuh kerinduan, mengabulkan permintaan cucu Rasulullah dan Khalifah Umar Bin Khattab.
Saat tiba waktu shalat, Bilal naik ke puncak Masjid Nabawi, tempat di mana dulu ia sering mengumandangkan adzan.
Suara merdunya kembali terdengar, dan seluruh Madinah terhenti. Semua orang berbondong-bondong menuju masjid, teringat kepada masa indah saat Rasulullah masih hidup dan menjadi imam shalat berjamaah.
Tangisan Khalifah Umar bin Khattab terdengar paling keras. Bahkan Bilal yang mengumandangkan adzan tersebut tersedu-sedu dalam tangis, lidahnya tercekat, air matanya tak henti-hentinya mengalir.
Hari itu, Madinah mengenang kembali masa saat Rasulullah masih ada di antara mereka. Adzan yang tak bisa dirampungkannya, karena kesedihan yang menghampirinya.