‘’Lalu, Putri Pinang Masak merebus jantung pisang. Air rebusan itu dilumurkan ke tubuhnya. Akibatnya, sang putri terlihat hitam pekat, kotor dan menjijikkan," tuturnya.
Singkat cerita, para pengawal membawa sang putri ke hadapan Sultan Palembang. Sultan terkejut merasa tertipu oleh wujud sang putri yang buruk rupa. Lalu memerintahkan pengawal untuk mengembalikannya.
Beberapa waktu berlalu, rasa penasaran sang sultan masih terngiang dengan cerita kecantikan Putri Pinang Masak. Hingga akhirnya pemgawal kembali diutus untuk mencari kebenaran sesungguhnya.
Sampai pada akhirnya, terbongkar sudah penyamaran sang Putri. Sultan murka karena merasa telah ditipu langsung memerintahkan pengawal menangkap Putri Pinang Masak.
Sultan memerintahkan pengawalnya menangkap sang Putri. Namun upaya pengawal tak membuahkan hasil. Karena sang Putri telah melarikan diri ke sebuah desa terpencil yang jauh dari jangkauan kerajaan.
Lokasi Sang Putri tinggal dengan pengikutnya itu dijuluki dengan nama Desa Senuro. Nama desa itu diambil dari nama sang Putri yang menyamar dengan nama Senuro untuk menghilangkan jejak dari kejaran pengawal Sultan Palembang.
Kehidupan putri berlanjut di desa tersebut. Hingga sang Putri bertemu seorang pemuda bergelar Usang Sungging. Lalu keduanya mengikat cinta dan akan menikah.
Tetapi cerita tidak seindah dengan harapan. Karena pernikahan yang dinanti tak pernah terjadi. Sang Putri menderita sakit parah dan meninggal dunia.
Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Napisah berjuluk Putri Pinang Masak alias Putri Senuro bersumpah dan berdoa. Ia bersumpah anak-cucu pengikutnya tidak akan memiliki kecantikan seperti dirinya. Ia berbuat demikian sebab menurutnya kecantikan hanya membawa petaka.
Sumpah tersebut berbunyi "Saya meminta kepada Allah agar anak cucuku kelak jangan cantik seperti aku, karena kecantikan akan membawa kesengsaraan, seperti yang aku rasakan."
Setelah ia mengucapkan sumpah tersebut, Napisah Sang Putri Pinang Masak alias Putri Senuro pun menghembuskan napas terakhirnya. Di kompleks makam Putri Pinang Masak ini, terdapat empat makam.
BACA JUGA:Membaca Masa Lampau dari Museum, Bentuk Tim Cari Peninggalan Sejarah
BACA JUGA:Sejarah Tempe, Kuliner Asli Indonesia yang Sudah Ada Sejak Abad ke-16
Yakni, makam Juru Pedang yang bertanggung jawab dengan keselamatan Putri, makam Juru Tepak yang bertanggung jawab dengan perlengkapan Putri Pinang Masak, serta makam Juru Payung yang membantu seluruh keperluan Putri.
"Kemudian, di dalam Dusun Senuro ada satu makam lagi, yakni makam Jaksa Manggul atau Hulu Balang Putri yang dahulu kala bertugas mencari jalan pelarian Putri," pungkas Erwin. (dik/)
DESA SERUNO: Desa Seruno, merupakan tempat pelarian Putri Pinang Masak dari kejaran pengawal Sultan Palembang. Di desa inilah akhirnya Putri Pinang Masak menghembuskan napas terakhirnya setelah sebelumnya bersumpah untuk anak cucu pengikutnya. FOTO: ANDIK