https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Waktu Yang Berlalu Tak Pernah Kembali Lagi

Oleh : H Achmad Syarifudin, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Fatah Palembang-FOTO: IST-

SUMATERAEKSPRES.ID - Waktu adalah sesuatu yang sangat penting. Betapa pentingnya waktu, sampai-sampai Allah menggunakannya sebagai qasam (sumpah) di dalam al-Quran. Suatu saat Allah menggunakan kata wal ‘ashri (demi waktu), pada saat lain menyebut wad- dhuha (demi waktu dhuha), atau wal fajri (demi waktu fajar), wal -Lail (demi waktu malam) wan-Nahar (demi waktu siang), dsb. Ketika sang waktu berlalu, maka tidak akan mungkin Kembali lagi. Satu detik pun berlalu maka tidak akan mundur sedikit pun. 

Ada satu maqalah mengenai pentingnya memanfaatkan waktu (tidak menyia-nyiakan nya). Sekaligus menjadi pengingat penting untuk kita semua.  لَنْ تَرْجِعَ الأَياَّمُ الَّتِيْ مَضَتْ   (lan tarji’a al-ayyamu al-latii madhat), Artinya, "Tidak akan pernah kembali hari-hari (waktu) yang telah berlalu." 

Berkenaan dengan itu sudah sepatutnya kita mencermati hadis Rasul yang menyatakan, : “Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka." (HR. Al Hakim). 

Secara tidak langsung, Ini menjadi peringatan bagi kita semua, untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Waktu terus mengalir, umur terus berkurang. Melewatinya secara sia-sia tak akan dapat terlunasi selamanya. Hari Jumat barangkali akan datang lagi pada minggu-minggu berikutnya, namun Jumat hari ini dan yang sudah lewat tak akan pernah terulang kembali.

BACA JUGA:KEKUASAAN ITU MEMANG MEMABUKKAN

BACA JUGA:Pembangunan Manusia Sumatera Selatan dan Tantangan Demokrasi

Itulah mengapa waktu diibaratkan seperti pedang; bila tak pandai menggunakannya ia akan melukai pemiliknya. Dalam pepatah Arab lainnya, “nasi sudah menjadi bubur”. Artinya Ketika nasi masih berupa nasi harusnya dinikmati sesuai dengan sejatinya. Tetapi kalau sudah menjadi bubur maka akan berubah fungsi dan dzatnya. 

Menyadari tentang waktu yang tak akan pernah berulang, maka tidak ada pilihan lain kecuali mengisinya dengan segala hal yang bermanfaat. Hidup ini sejatinya hanya menunggu waktu, sementara kita tidak pernah tahu kapan waktu itu akan tiba. Yang pasti usia kita terus berkurang terkikis oleh pergantian waktu.

Oleh karena itu, di sisa usia yang diberikan Allah ini mari kita gunakan sebaik-baiknya dengan amal saleh. Kematian tidak pernah memihak dan berkompromi terhadap usia. Anak-anak, tua, muda bila waktunya sudah tiba, kita tidak bisa berbuat apa-apa. 

Rasulullah saw pernah ditanya oleh para sahabat perihal paling baik dan buruknya manusia. Kemudian Nabi menjelaskan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang oleh Allah diberikan umur panjang, kemudian digunakan untuk melakukan kebaikan. Sebaliknya, paling buruk manusia adalah mereka yang diberikan umur yang panjang, namun panjangnya umur tersebut digunakan untuk keburukan.

BACA JUGA:Pendidikan Inklusif dan Aksesibilitas Sumber Belajar

BACA JUGA:Lima Kalimat Harmonis buat Orang Beriman

Hadits ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam karyanya Lathaiful Ma’arif fima li Mawasimil ‘Am minal Wazhaif, nabi bersabda: Rasulullah saw bahwa ia pernah ditanya: siapakah paling baiknya manusia? Nabi menjawab: orang yang dikaruniai umur panjang dan baik (benar) perbuatannya. Ditanyakan lagi: Dan siapakah paling jeleknya manusia? Nabi menjawab: orang yang panjang umurnya dan jelek perbuatannya.”

Dari hadits ini dapat dipahami, bahwa umur yang panjang tidak hanya menjadi nikmat dari Allah swt, tetapi juga menjadi penentu kebaikan dan keburukan manusia. Mereka yang dikaruniai umur panjang, kemudian umur tersebut digunakan untuk mengerjakan kebaikan, memperbanyak ibadah, dan terus konsisten dalam ketaatan, maka termasuk dalam golongan paling baiknya manusia.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan