PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) temukan kasus polio di Madura dan Klaten, Jawa Tengah. Langsung ditindaklanjuti cepat dengan lakukan surveilan di daerah sekitar. Alhasil, ditemukan sembilan anak sehat yang terdapat virus polio.
Awalnya, ada anak yang lumpuh layu dan positif polio. Lalu, Kemenkes lakukan investigasi. Sasarannya adalah anak sehat yang berada di sekitar pasien. “Kami periksa laboratorium. Dari sampel 30 anak, sembilan positif virus (polio), tapi tidak bergejala,” kata Dirjen Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Kemenkes, Maxi Rondonuwu, kemarin.
Temuan sembilan anak positif polio tapi tidak bergejala ini menandakan bahwa virus polio sudah bersirkulasi. “Jenis virus polionya sama, yakni tipe 2. Namun karena tidak mempunyai gejala polio, maka tidak dikatakan kasus polio,” kata Maxi.
Pada 15 Januari lalu dimulai Sub PIN Polio pertama. Waktunya sepekan. Vaksin polio yang digunakan adalah novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2). Sasarannya 8,4 juta anak usia 0 sampai 7 tahun. Pada akhir Sub PIN polio pertama, hanya 97 persen dari sasaran yang dapat vaksin ini. Kemudian Kemenkes memberikan waktu sepekan lagi untuk setiap Dinas Kesehatan menyisir siapa saja yang belum dapat vaksin ini.
BACA JUGA:Awas, Polio Bisa Sebabkan Lumpuh Permanen Begini Cara Mencegahnya
Sub PIN kedua dilakukan pada 19 Februrari nanti. Sub PIN Polio ini merupakan rekomendasi dari Komite Imunisasi Nasional. Adanya polio ini merupakan salah satu dampak dari imunisasi rutin yang kendor. Maxi memaparkan, pada saat pandemi Covid-19, cakupan vaksin polio melalui oral (OPV) rendah.
“Yang vaksin suntik atau IPV ini setiap tahun juga rendah,” katanya. Dia minta agar vaksinasi rutin harus diberikan kepada anak sesuai dengan tahapan usianya. Pemerintah merencanakan menghapus OPV. Kementerian Kesehatan bersama dengan Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI) tengah mengkaji pemberian polio dengan IPV dapat diberikan sekali. “Sudah 20 negara menggunakan,” katanya.
Dokter Spesialis Anak RSMH Palembang sekaligus Ketua IDAI Cabang Sumsel, dr Julius Anzar SpA(K) menjelaskan, polio adalah penyakit yang sangat menular. Disebabkan oleh virus. Sebagian besar anak yang terinfeksi polio tidak menunjukkan gejala. "Tapi virus polio dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen, terutama pada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi," bebernya.
Penularan virus ini terutama melalui fecal-oral lingkungan atau air yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus polio. "Virus yang masuk akan berkembang dalam saluran pencernaan. Virus kemudian menyerang sistem saraf. Masa inkubasi 7-21 hari, baru menunjukkan gejala kelumpuhan,"urainya.
BACA JUGA:Target Vaksinasi Polio Harus Tercapai. Sub PIN Dapat Diakses di Puskesmas hingga Sekolah
BACA JUGA:Polio, Bisa Sebabkan Lumpuh
Untuk itu, polio tetes diberikan pada bayi usia 1-4 bulan dan polio suntik pada bayi usia 4 bulan akan mampu memberikan perlindungan penuh terhadap virus polio. "Sesuai laporan perkembangan KLB (Kondisi Luar Biasa) polio, 30 provinsi dan 415 Kabupaten/Kota di Indonesia masuk dalam kriteria risiko tinggi," ungkapnya.
Menurut dr Julius, sebagian besar orang yang terinfeksi virus polio tidak merasakan sakit sehingga tak menyadari telah terinfeksi. Gejala polio pada anak seperti, gejala poliomielitis abortif mirip dengan banyak penyakit lainnya. Mulai tiga hingga tujuh hari setelah terinfeksi dan bertahan beberapa hari.
Gejala poliomielitis abortif meliputi kelelahan, demam, sakit kepala, muntah, diare atau sembelit, dan sakit tenggorokan. Ada pula jenis polio non paralitik. Gejalanya sama dengan polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan (abortive polio). Tapi ada beberapa gejala tambahan.