SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID – Salah satu penyakit yang rentan pada musim hujan ini yaitu demam berdarah dengue (DBD). Lonjakan penderitanya terjadi di hampir semua daerah di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, dr Trisnawarman menjelaskan naiknya kasus DBD sudah terlihat sejak musim hujan berlangsung pada November 2023 lalu.
“Catatan kita kasus DBD tahun lalu (2023) mencapai 2.462 kasus. Terbanyak di Palembang dengan total 677 kasus, diikuti Muara Enim 258 kasus, dan Lahat 166 kasus,” tegasnya.
Di tahun ini (2024), seiring tingginya curah hujan membuat potensi kasus DBD meningkat. Kondisi ini membuat Dinkes Sumsel kian intensif melakukan pengendalian vektor DBD melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
BACA JUGA:DBD Bisa Sembuh dengan Obat Alami, Ini Buktinya!
BACA JUGA:Lima Kecamatan Masuk Zona Merah DBD
“Masyarakat bisa mengantisipasi dengan menguras bak mandi/bak penampungan air, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, dan memanfaatkan kembali/mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk,” tegasnya. Selain DBD, penyakit influenza dan diare juga patut diwaspadai pada musim hujan ini. "Baik DBD, influenza maupun diare rentan menyerang saat musim hujan dan bencana banjir seperti yang banyak terjadi sekarang," kata dia.
Berdasarkan data, untuk influenza termasuk dalam kategori infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) lantaran kondisi cuaca berdampak pada pernafasan. “Di bulan Desember 2023 ada 43.249 orang terpapar ISPA. Terbanyak di Kota Palembang 12.835 orang, OKU Timur 4.699 orang, dan Muba 4.695 orang," sebutnya.
Diketahui ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang satu komponen saluran pernapasan. Terutama pernapasan bagian atas meliputi hidung, sinus, faring, dan laring. Infeksi ini dapat menimbulkan sejumlah gejala, mulai dari batuk, pilek, dan demam. “Untuk diare terbanyak di Palembang dengan 15.474 kasus dan Ogan Ilir 15.583 orang terkena diare,” tuturnya. Dia pun mengimbau masyarakat menjaga kesehatan, menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), mengonsumsi makanan sehat dan bergizi.
Sementra Dinkes OKU juga menyadari kerawanan kasus DBD menyerang di musim hujan dan banjir. Kadin Kesehatan OKU Deddy Wijaya melalui Kabid P2P, Andi Prapto menjelaskan pihaknya mengintensifkan fogging atau pengasapan massal. “Fogging tak hanya sekitar rumah yang terdapat kasus DBD, juga ke lokasi satuan pendidikan seperti sekolah sekolah lantaran penderitanya selama ini juga banyak anak-anak. Sekolah yang di-fogging siswanya diliburkan,” tuturnya.
BACA JUGA:Cegah DBD, Dinkes Muba Himbau Warga Lakukan Ini
BACA JUGA:Tekan Wabah DBD Tak Meluas, Puskesmas Diminta Cepat Tanggap
Di bulan Januari 2024 jumlah kasus DBD sendiri telah mencapai 80 orang. "Tapi jumlah penderita DBD yang masih dirawat tinggal 10 orang di beberapa RS maupun klinik," ujar Andi. Kasus 2024 jauh meningkat dibanding tahun 2023 yang hanya 69 kasus sepanjang satu tahun. Kepala SMPN 2 OKU, Sapto Surono menyambut baik sekolahnya menjadi salah satu lokasi pengasapan. “Ruang kelas yang kosong disemprot, ini untuk berantas nyamuk,” tegasnya. Kendati sejauh ini belum ada kasus DBD menjangkiti pelajarnya.
Kepala Dinkes Muara Enim, dr Eni Zatila MkM mengatakan tiga bulan terakhir padaq musim hujan ada peningkatan penderita DBD. "Bulan Oktober 19 kasus, November 19 kasus, dan Desember 50 kasus. Untuk Januari datanya belum direkap," ujarnya. Peningkatan kasus DBD memang kerap kali terjadi saat musim penghujan karena banyak media tempat nyamuk aedes aegepty berkembang biak.
Oleh karenanya, penting menjaga kebersihan lingkungan terutama benda-benda yang dapat menampung air di halaman. “Antisipasi kasus ini, kami gelar beberapa tindakan Penyelidikan Epidemiologi (PE) DBD dan pemberian abate. Selain itu fogging dan melakukan penyuluhan," ulasnya.