Sementara Dinkes Kota Palembang mencatat kasus DBD juga meningkat saat ini. Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Palembang, Yudi Setiawan mengatakan per 22 Januari 2024 sudah ada 122 kasus. "Kelompok umur paling tinggi kasusnya terjadi pada usia 5-14 tahun sebesar 70 persen, usia 15-44 tahun 30 persen, usia 1-4 tahun 21 persen, dan usia kurang dari 1 tahun 1 persen,” tegasnya. Dari jumlah kasus, ada 3 penderita meninggal dunia.
BACA JUGA:Langsung Cek Pasien DBD, Hari Pertama Jadi Pj Bupati OKI
BACA JUGA:Januari, 27 Kasus DBD di OKI, Dinkes Sebar Abate di Puskesmas
“Jika melihat tren, kasus DBD tahun 2020 hanya 429 kasus, 2021 ada 249 kasus, 2022 sebanyak 908 kasus, dan 2023 total 650 kasus per 14 Desember 2023. Dinkes Empat Lawang sendiri telah menangani 9 kasus penderita DBD awal tahun ini. "Kita harus jaga kebersihan agar terhindar dari DBD," ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Empat Lawang, Kiki Nurhayati.
Sebagai pencegahan, pihaknya gandeng petugas puskesmas dan kader desa sosialisasi gerakan 3M, yakni menguras air di penampungan, menutup rapat tempat penampungan air, dan mengubur atau memanfaatkan kembali barang bekas. Kemudian monitoring tempat rawan DBD.
“Penyakit DBD disebabkan virus dengue yang ditularkan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua nyamuk itu menggigit pada pagi hari sampai sore menjelang petang.
Gejala umumnya timbul 4-7 hari sejak gigitan nyamuk, dapat berlangsung selama 10 hari.
Beberapa gejala demam berdarah, demam tinggi 40 derajat celsius, nyeri kepala berat, nyeri pada sendi, otot, dan tulang,” cetusnya.
BACA JUGA:Patungan demi Beli Minyak Fogging , Penyakit DBD Serang Dua Desa
BACA JUGA:Penyakit DBD Telah Satu Korban, Tunggu Hasil Diagnosis Dokter
Kemudian nyeri bagian belakang mata, nafsu makan menurun, mual dan muntah, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam kemerahan sekitar dua hingga lima hari setelah demam. "Selain itu, kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening, serta pendarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit," pungkasnya.
Di Lahat, kasus DBD sepanjang 2023 sebanyak 289 kasus. Peningkatan tertinggi terjadi pada akhir tahun, yakni Desember mencapai 43 kasus. Tingginya kasus juga karena memasuki musim hujan. Sehingga Dinkes Lahat meminta masyarakat mewaspadai ancaman penyakit DBD dengan menerapkan PHBS.
Kepala Dinkes Lahat, M Taufik Putra SKM MKEs melalui Kasi P2PM Mulawarman SKM MM mengungkapkan musim hujan akan terus berlanjut dari Desember hingga Maret ke depan, untuk itu pihaknya melakukan pencegahan lewat epidemiologi dan fogging. Lalu pencegahan lainnya melakukan 3M dan PHBS.
Kepala Dinkes Muratara, Tasman mengungkapkan, pasca bencana banjir luapan di Muratara termonitor 2 kasus DBD. Namun selama Januari 2024, kasus DBD sudah tercatat 14 kasus. "Memang saat ini sedang musim penghujan, jadi nyamuk Aedes aegypti sebagai inang pembawa virus DBD ini aktif. Apa lagi saat ini cuacanya kadang hujan dan panas," katanya.
Terlebih banyak daerah di Muratara, awalnya tergenang akibat banjir luapan yang saat ini mulai mengering. Untuk antisipasi pihaknya juga melakukan fogging ke desa desa dan permukiman warga yang sudah mengering. "Kita antisipasi dulu supaya jangan sampai nyamuk pembawa DBD ini menyebar. Biasanya spot spot di pemukiman warga pasca banjir ini banyak lokasi genangan air yang sering jadi lokasi nyamuk berkembang biak," bebernya.
Kepala Dinkes Lubuklinggau, Erwin Armaidi mencatat 12 kasus DBD di beberapa wilayah Kecamatan saat ini. “Kami imbau masyarakat selalu waspada potensi penyebaran DBD, karena saat ini masih musim penghujan," tutupnya. Untuk Dinkes Muba mencatat per 22 Januari 2024 sudah terjadi 105 kasus DBD. Angka ini sangat tinggi bahkan sudah dua pertiga kasus DBD di 2023 sebanyak 146 kasus. "Karena terjadi peningkatan curah hujan, banyak genangan air dan faktor lingkungan," ujar Kadinkes Muba dr Azmi Dariusmansyah Mars.