"Didapatkan hasil ternyata TWA pada pasien kanker payudara lebih tinggi yakni antara 20 hingga 30 mikrovolt dibandingkan nilai pada populasi umum pasien umum lainnya yang rata-rata hanya 10 mikrovolt. TWA cenderung meningkat setiap kali pemberian obat pada setiap siklus dan nilai akhir setelah selesai kemoterapi meningkat dibandingkan dengan sebelum kemoterapi dimulai," bebernya.
Disimpulkan TWA yang tinggi dapat memprediksi kejadian kardiotoksisitas di masa depan, mendahului pemeriksaan lab maupun ekokardiografi. Ini menunjukkan potensi TWA sebagai detektor dini dari gangguan jantung selama kemoterapi. Hasil penelitian inipun juga telah diujikan dalam sidang disertasi program doktoral FK Unsri beberapa waktu lalu.
Dihadapan para penguji terdiri dari Prof DR H Chairil Anwar DAP&R PhD, DR dr Irsan Saleh Mbiomed, serta Prof Laura Burattini (Ancona Italia) selaku pencipta metode EAMF dan di hadapan promotor Dr dr Irfannuddin SpKO MPd Ked, Co-Promotor I DR dr Taufik Indrajaya SpPD-KKV FINASIM, Co Promotor II DR dr Muhammad Yamin SpPD SpJP(K) FIHA. (*/fad)