INDRALAYA, SUMATERAEKSPRES.ID - Pupuk Organik Cair (POC) dari bakteri PGPR memiliki keunggulan bagi perbumuhan tanaman. PGPR (Plant growth-promoting rhizobacteria) sendiri adalah bakteri pemacu pertumbuhan tanaman.
Bakteri yang terdapat dalam PGPR adalah sejenis bakteri yang biasa hidup di akar tanaman.
Mikroorganisme ini hidup berkoloni di sekitar akar tanaman dan membantu memacu pertumbuhan tanaman.
Pentingnya keberadaan bakteri PGPR inilah, Kelompok tani (poktan) Desa Ketapang 2 kecamatan Rantau Panjang, Ogan Ilir mencoba membuat ramuan PGPR penyubur tanaman ini.
BACA JUGA:CGP Ogan Ilir Angkatan 8 Gelar Lokakarya Panen Hasil Belajar
Anggota poktan didampingi petugas pendamping peningkatan ekonomi pertanian - pengendali organisme pengganggu tumbuhan (PPEP- POPT) kecamatan Rantau Panjang, Ahmad Fadli SP, MSi bersama penyuluh pertanian lapangan (PPL) Desa Ketepang 2, Agus H, SP membuat
ramuan PGPR. "Kegiatan ini merupakan Penerapan Pengelolaan Hama Terpadu (PPHT) di kabupaten Ogan Ilir. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani," ujarnya.
Kali ini, petani diajak mengembangkan Mikroorganisme Lokal (Mol) dan Plant Growth Promoting Rhizobakteri (PGPR). "Fungsinya sebagai pemicu pertumbuhan tanaman dan sebagai starter dekomposer maupun sebagai pupuk organik cair,’’ ujarnya.
BACA JUGA:Mencengangkan, Sebegini Banyak BBM Ilegal di Ogan Ilir yang Digerebek Polda Sumsel
Untuk penerapan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilakukan dengan cara pendekatan ekologi. ‘’Kita menerapkan prinsip mengedepankan pengendalian yang ramah lingkungan," jelasnya.
Bahan utama pembuatan ramuan PGPR antara lain akar bambu atau bisa diganti dengan akar putri malu. Aplikasi PGPR secara teratur pada tanaman dapat mengurangi intensitas serangan hama penggerek.
Selain itu PGPR efektif terhadap nematoda dan patogen tular tanah (bakteri dan virus). "Siapkan akar bambu atau akar putri malu sekitar 250 gram dan direndam dalam 1 liter air selama tiga malam," jelasnya.
Lalu, campurkan 20 liter air, 1/2 kg dedak bekatul, Terasi, 1 sdm air kapur sirih direbus hingga mendidih kemudian didinginkan.
Setelah dingin kemudian dicampur dengan 1 liter biang PGPR yang telah direndam selama 3 malam tadi. Kemudian, ditutup rapat dan didiamkan satu hingga dua mingggu.
Selain PGPR akar bambu, biang PGPR juga dapat diperoleh dari air kelapa segar yang ditambah gula merah atau tetes tebu yang kemudian difermentasi selama seminggu.
"PGPR akar bambu yang telah jadi dapat diaplikasikan ke tanah sekitar tanaman dengan perbandingan 200 cc PGPR untuk 14 Liter air," jelasnya.
Aplikasi PGPR untuk tanaman cabe dapat dibuat dengan konsentrasi 5 ml per liter air. Pengaplikasiannya dengan cara menyiramkan atau menyemprotkan bagian perakaran dengan volume sebanyak 400-600 ml larutan untuk masing-masing tanaman.
Aplikasi dianjurkan pada pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB atau pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB.
‘’Jika untuk tanaman tahunan jumlah larutan yang digunakan dapat diperkirakan sendiri sesuai dengan umur dan jenis tanaman, sebagai ukuran adalah siram daerah perakaran sampai basah,’’ katanya. (dik)