SUMATERAEKSPRES.ID – Suplai bambu (pring) tulup hijau masuk lagi ke rumah produksi kerajinan Bamboo Arum Straw di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Minggu (3/12) siang. Jumlahnya mencapai 5-6 ribu lonjor (batang) per pekan. Bambu itu berasal dari hutan atau daerah lereng-lereng pengunungan yang ada di daerah Banyuwangi.
Mistianingrum sebagai founder PT Arum Jaya Perdana memanggil satu persatu ibu-ibu yang sudah berkumpul dan membagikan bambu tulup masing-masing paling banyak seribu lonjor. “Mereka warga sekitar kampung yang menjadi mitra kita untuk mengolah bambu. Total ada 20-an orang saya berdayakan dengan sistem upah borongan per minggu,” ujar perempuan yang akrab disapa Ningrum kepada Sumateraekspres.id.
Sebelumnya ia memberikan pelatihan bagaimana memproses bambu tulup menjadi bahan baku produk kerajinan. Ibu-ibu bekerja mandiri di rumahnya, mereka mengolah, membersihkan, menghaluskan kulit luar, dan menjemur sampai kering. Setelah semua selesai, mereka antar lagi ke rumah produksi Bamboo Arum Straw.
BERSIHKAN : Ibu-ibu mitra Bamboo Arum Straw membersihkan dan menghaluskan bambu tulup sebelum diproduksi menjadi produk sedotan bambu, rumah lampu, home decor, dan lainnya.-Foto : Mistianingrum for Sumateraekspres.id-
Baru Ningrum bersama 3 karyawannya memproduksi menjadi ribuan barang-barang kerajinan seperti sedotan bambu, rumah lampu, cermin, tableware, home ware atau decor. “Produk utama kita sedotan bambu,” ungkap pemenang pertama program BRILIANPRENEUR 2020 kategori Bussiness Matching yang diselenggarakan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (BRI) ini.
Dikatakan, usaha Bamboo Arum Straw sendiri ia rintis sejak tahun 2019, ketika ada permintaan sedotan bambu dari supplier produk ramah lingkungan ke hotel-hotel, vila, restoran atau cafe di Pulau Bali. Ceritanya waktu itu Pemprov Bali mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 97/2018 yang melarang penggunaan kantong plastik, styrofoam, dan sedotan plastik.
Aturan ini sebagai upaya menekan atau menggurangi penggunaan plastik sekali pakai, karena barang-barang plastik itu sangat lama terurai dan mencemari lingkungan. Kantong plastik baru bisa terurai sekitar 10-500 tahun, sedotan plastik 20 tahun, gelas plastik 50 tahun, kemasan sachet plastik 50-80 tahun, botol plastik 450 tahun.
Pergub ini membuat sejumlah pelaku usaha yang punya konsep go green dan back to nature beralih menggunakan produk ramah lingkungan termasuk untuk sedotan minuman. Banyak hotel dan restoran di Bali mencari pengganti (substitusi) plastik sekali pakai. “Pulau Bali kan sorotan dunia karena kota pariwisata yang banyak dikunjungi turis asing. Di satu sisi isu perubahan iklim sedemikian masif,” ujarnya. Limbah plastik merupakan salah satu penyebab gas rumah kaca (GRK) yang memicu pemanasan global.
Kala itu Ningrum masih pure ibu rumah tangga yang sama sekali tak kepikiran berbisnis, hingga mendapat tawaran customer membuat sedotan bambu. Produk penganti sedotan plastik itu bisa dipakai berulang (reseable) dan aman bagi alam. “Kakak saya usaha toko kelontong di Bali, ia punya pelanggan pemasok produk ramah lingkungan. Nanyain ada nggak saudara di kampung yang bisa bikin sedotan bambu, karena biasanya di kampung-kampung kan banyak bambu,” tutur Ningrum yang juga sempat tinggal di Jimbaran, Bali tahun 2003-2011 ini.
Akhirnya ia coba bikin sedotan dari bambu demi memenuhi permintaan tersebut. “Kala itu sebelum pandemi Covid-19, saya mulai produksi. Tiga minggu sekali saya kirim sekitar 12 ribu pieces ke Bali. Awalnya saya mikir hanya menjadi perajin, ternyata produk ini sangat prospek apalagi di luar negeri yang masyarakatnya sangat peduli lingkungan,” akunya.
Bisnisnya pun berjalan sukses, sampai Ningrum mencoba membangun brand sendiri Bamboo Arum Straw guna memperluas pasar, tak sebatas menjadi pemasok ke Bali saja. Ia melakukan diversifikasi produk bambu menjadi produk rumah tangga atau home decor. “Bambu tak semuanya mulus luar dalam, namanya produk natural kadang masih ada bercak yang tidak mengurangi fungsi, tapi mengurangi estetika. Kalau cacat kesannya kurang higienis, artinya otomatis tidak lulus quality control. Mau dibuang sayang sebab bahan baku sudah dibeli dan diproses. Ini pula yang membuat saya mendiversifikasi produk,” bebernya.
Untuk mengasah jiwa wirausahanya, ia mengikuti program UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2020. Lewat program flagship Bank BRI yang digelar sejak 2019 ini, BRI memberdayakan dan mendampingi pelaku UMKM Indonesia supaya naik kelas dan menembus pasar internasional (go ekspor).
“Di program ini ada ratusan UMKM yang ikut. BRI memberikan kami (UMKM, red) pendampingan, pembinaan, pelatihan peningkatan kapasitas, akses permodalan (pinjaman), pemasaran, sampai on boarding di marketplace. Makanya sekarang saya bisa jualan di Shopee, Tokopedia, Padi UMKM,” ungkapnya. BRI memfasilitasi mentoring dari tim e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Blibli, Zalora.
Tak hanya itu, kata dia, Bank BUMN ini juga mengajak UMKM pameran produk di UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR setiap tahunnya. Selain mengenalkan produk ke masyarakat luas, bazar ini menjadi ajang mempertemukan pelaku UMKM dengan buyer luar negeri untuk ekspor (business matching), baik langsung atau via zoom. Ini supaya wirausahawan mendapat buyer dan bisa ekspor produk kerajinan. “Tahun 2020 saya menjadi pemenang pertama program BRILIANPRENEUR kategori Bussiness Matching dan diganjar uang pembinaaan Rp50 juta,” imbuhnya lagi.
Dari sana pula, BRI memfasilitasi pembuatan video profile usaha dan mempromosikan kepada buyer-buyer potensi di mancanegara secara berkala. BRI punya kantor cabang luar negeri di Amerika Serikat, Singapura, Hongkong, Taiwan, Timor Leste, Kepulauan Cayman sehingga mudah promosi ke nasabah, diaspora, atau masyarakat setempat. “Cerita saya diangkat BRI ke media, video profile, dan lainnya sampai buyer Belanda menemukan Bamboo Arum Straw,” tegasnya.