SUMATERAEKSPRES.ID - Sebagaimana yang telah diketahui bersama, demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini kerap menjangkiti daerah-daerah beriklim tropis atau subtropis, termasuk Indonesia.
Meski kasus demam berdarah tertinggi di Indonesia tercatat pada tahun 1968-2009, namun hingga kini penyakit ini masih meluas terutama pada musim penghujan.
Salah satu upaya pencegahan yang umum dilakukan adalah fogging.
BACA JUGA:4 Hal Sederhana yang Bikin Nyamuk Kabur dari Rumah, Nomor 3 Terbukti Ampuh
Fogging merujuk pada pengasapan dengan menyemprotkan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, terutama Aedes aegypti.
Meski demikian, ada pandangan bahwa fogging tidak begitu efektif karena hanya dilakukan saat terjadi kasus di suatu wilayah, bukan sebagai tindakan rutin.
Melansir dari laman Kemenkes, menurut mantan Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, Sp.M(K), fogging bukanlah strategi utama dalam mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) karena tidak dilakukan secara terjadwal.
Fogging biasanya dilakukan sebagai respons terhadap kasus yang muncul di suatu wilayah.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Tanaman Pengusir Nyamuk Secara Alami, Hewan Pembuat Gatal Dijamin Kabur!
Lantas, apa strategi utama untuk mencegah DBD? Kapan waktu yang tepat untuk melakukan fogging? Untuk menjawab pertanyaan ini, penting untuk memahami fakta-fakta berikut mengenai fogging:
1. Fogging Bukan Pencegahan Utama
Fogging tidak efektif sebagai cara utama untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti di sekitar kita.
Cara pencegahan utama adalah melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus, yaitu
-membersihkan tempat penampungan air