PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Di usia tumbuh kembangnya, anak-anak sangat dipengaruhi lingkungan. Karenanya lingkungan sekitarnya harus dapat memberikan contoh pendidikan dan pengetahuan yang tepat dan benar dalam tutur kata hingga perbuatan.
BACA JUGA:Persiapkan Tumbuh Kembang Anak
BACA JUGA:Asupan Makanan Pengaruhi Tumbuh Kembang Optimal Anak
Anak paling ahli meniru apa yang dilihatnya. "Saya selalu berusaha untuk berkata dan berperilaku baik apalagi di depan anak," ujar Tuti (32), orang tua Bagas (4).
Diakui Tuti, dirinya pernah berkata kurang baik di depan Bagas.
Akhirnya Bagas mengikuti kata-katanya. "Saya langsung menjelaskan ke Bagas bahwa kata itu tak bagus dan tak baik diucapkan," ujarnya. Sejak itulah Tuti berusaha semaksimal mungkin tak mengeluarkan kata yang tak pantas. "Saya ingin Bagas menjadi anak yang berperilaku baik, " ujarnya.
BACA JUGA:Perilaku Konsumtif Sering Dilakukan Remaja, Ini Faktor Penyebabnya
BACA JUGA:Menjaga Generasi Muda, Polrestabes Palembang Galakkan Edukasi Terkait Perilaku Berisiko
Dr. Anrilia Ema M N., S.Psi., M.Ed., Psikolog Magna Penta Consulting, RS Hermina dan RSUD Siti Fatimah mengatakan, salah satu cara belajar anak adalah melalui meniru (imitasi). "Semakin kecil usia anak, maka persentase belajar melalui meniru umumnya lebih besar, sampai akhirnya nanti di tahap remaja akhir,"ujarnya.
Seiring perkembangan berpikirnya, anak mulai mempertimbangkan konsekuensi tindakan dan menyesuaikan dengan situasi saat hendak berperilaku tertentu. "Jadi, wajar bila anak-anak usia lebih kecil, misalnya balita, akan dengan mudah menirukan perilaku orang-orang di sekitarnya yang kerap dilihatnya. Yang ditiru bisa berupa cara berbicara, gerak gerik tubuh bahkan ekspresi emosi," sebutnya.
Dikatakan, prinsip belajar anak dengan melihat perilaku orang lain ini sering disebut juga sebagai social learning dan hasil belajar dengan cara ini bisa memiliki efek yang kuat. "Artinya, anak benar-benar mengingat contoh-contoh yang dilihatnya dan didengarnya dengan segera dapat mempraktikkannya," jelasnya lagi.
Jika yang dicontohkan adalah perilaku-perilaku positif (misalnya, kebiasaan berdoa, berbicara dengan sopan, mencium tangan orang dewasa, dan lainnya) maka anak dengan mudah dapat mengikuti.
BACA JUGA:Ajak Santri di OKI Mengedepankan Nilai Agama dalam Perilaku Sehari-hari
Berlaku sebaliknya. "Namun, sebaliknya jika yang diperlihatkan dan diperdengarkan pada anak adalah perilaku-perilaku negatif, maka tentu anak juga dapat dengan mudah meniru dan menjadikannya sebagai perilaku kebiasaan anak. Termasuk cara berbicara kasar," ungkapnya.
Disebutkannya, jika terjadi berkepanjangan, maka anak dapat memasukkan pembelajaran ini dalam sistem ingatannya dan menjadikan perilaku negatif ini sebagai kebiasaan. "Lambat laun, anak yang terbiasa dengan cara-cara bicara dan berekspresi tertentu sesuai yang dilihatnya akan berpikir bahwa cara-cara itulah yang benar, yang seharusnya dilakukan,'' ujarnya.
Di sinilah muncul persoalan jika perilaku yang dilihat dan didengar anak adalah perilaku yang sesungguhnya negatif tadi. ''Karenanya orang dewasa khususnya orang tua harus lebih bersikap hati hati didepan anak,'' ujarnya.