3. Aborsi Bisa Sebabkan Komplikasi Kesehatan
Komplikasi dapat terjadi saat atau setelah melakukan aborsi.
Terlebih jika tindakan aborsi tidak dilakukan dengan prosedur yang benar atau tanpa pengawasan dokter.
Komplikasi yang terjadi dapat berupa perdarahan, masalah pada rahim akibat bagian tubuh bayi yang diaborsi tidak diangkat atau dibersihkan dengan baik, bahkan kematian ibu.
4. Aborsi Bisa Lebih Berbahaya daripada Melahirkan
Aborsi bisa berbahaya apabila dilakukan di tempat praktik ilegal, ditangani oleh orang yang tidak memiliki kemampuan medis yang cukup di bidangnya.
Serta tidak didukung oleh peralatan yang sesuai dengan standar medis.
Kondisi ini bisa lebih berbahaya daripada melahirkan.
Sebab, angka kematian akibat aborsi lebih tinggi, daripada angka kematian pada wanita yang melahirkan.
Oleh karena itu, jika menurut pemeriksaan medis aborsi perlu dilakukan, maka lakukanlah di rumah sakit.
Setelah melakukan aborsi yang legal pun, kamu perlu tetap memeriksakan kondisi kesehatan reproduksi di rumah sakit.
5. Tidak Boleh Dilakukan saat Usia Kandungan Lebih dari 24 Minggu
Di beberapa negara, dokter diperbolehkan melakukan tindakan aborsi pada saat usia kandungan masih sangat muda, yaitu pada trimester pertama dan ada yang memperbolehkannya sampai trimester kedua.
Namun, melakukan aborsi pada usia kandungan lebih dari 24 minggu, dilarang karena berkaitan dengan kehidupan janin dan ibu.
6. Aborsi Bisa Menyebabkan Efek Traumatis
Pada beberapa kasus, entah karena kondisi medis tertentu atau dilakukan secara sengaja, aborsi bisa meninggalkan efek traumatik mendalam, bahkan depresi.