Pelindo Menuju Visi Pemimpin Maritim Kelas Dunia
PALEMBANG – Sebuah kapal kontainer Barito Mas 3.000 GT dari Tanjung Priok, Jakarta Utara masuk muara Sungai Musi, Jumat (1/9) pagi. Di saat bersamaan, smartphone Avid Jayady berdering keras serupa bunyi klakson kapal mau berangkat. Notifikasi itu menandakan ada orderan jasa pemanduan yang masuk via aplikasi Phinnisi (vessel management system), sebuah platform sistem operasi layanan kapal by PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) yang diluncurkan pasca merger.
Avid yang kala itu stand by di ambang luar, Pilotage Station Tanjung Buyut, Sungsang IV, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumsel ditunjuk otomotis oleh sistem Phinnisi untuk memandu kapal Barito Mas mengarungi Sungai Musi menuju Pelabuhan Boom Baru Palembang. Jaraknya sejauh 49-50 mil (100 km) dengan waktu tempuh sekitar 8 jam. Dijadwalkan berangkat pukul 14.00 WIB hari itu, maritime pilot (pandu laut) PT Pelindo ini mengklik take order berarti siap menerima tugas.
Dia mengemasi perlengkapan pandu seperti life jacket, safety shoes, dan sebagainya. Dari stasiun pandu, pelaut nautis ini dijemput petugas menggunakan motor pandu menuju kapal Barito Mas yang sandar di muara. Sampai naik ke atas kapal, Avid lalu mengklik status on board di aplikasi Phinnisi.
“Satu persatu saya memeriksa keadaan kapal ke nakhoda. Dari dokumen, crew lengkap, mesin siap, kemudi sudah dites,” ujarnya. Semua clear, kapal berangkat dengan kecepatan rata-rata 9 knots per jam. “Tugas kami memberikan saran (advice) dan informasi mengenai kondisi perairan kepada nakhoda agar pelayaran selamat sampai tujuan,” lanjutnya.
Menurut Avid, sejak perusahaannya PT Pelindo (Persero) menggunakan Phinnisi, pelayanan kapal kepada pengguna jasa (perusahaan) menjadi lebih ringkas, optimal, dan terintegrasi di seluruh pelabuhan di Indonesia. Jika dulu masing-masing eks Pelindo 1, 2, 3, dan 4 punya aplikasi pelayanan kapal berbeda, yaitu IGMT, MOS, VASA, dan VessP4, kini setelah 2 tahun merger satu kesatuan. Semua sama Phinnisi.
“Phinnisi penyempurnaan 4 aplikasi Pelindo sebelumnya. Dengan Phinnisi, pengguna jasa lebih cepat dilayani. Mereka juga tak perlu lagi ke kantor cabang Pelindo dan menunggu hingga 2 jam penyelesaian order hingga keluar SPK (surat perintah kerja) pandu. Sekarang order dan pembayaran bisa online darimana saja,” terangnya.
Itu juga tak butuh waktu lama, cuma 10 menit langsung dapat kepastian jadwal pemanduan dengan syarat semua dokumen pelayaran lengkap. Meliputi surat izin kesehatan crew, sertifikat kapal, dokumen muatan valid. “Dulu yang buat lama pemeriksaan berkas manual satu-satu. Kadang orderan tak termonitor. Sekarang semua by system Phinnisi, te-record dan cepat terverifikasi,” lanjut Avid.
Penerapan layanan digital seaport Phinnisi salah satu wujud transformasi berkelanjutan Pelindo menuju ekosistem maritim terintegrasi, sejak merger 1 Oktober 2021. Selain di Pelabuhan Boom Baru, Phinnisi telah diimplementasikan di Pelabuhan Makassar, Samarinda, Bengkulu, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Kendari, dan Tanjung Priok.
“Tepat 1 Oktober 2023 nanti 2 tahun merger Pelindo. Kini semua terintegrasi, baik perusahaan (4 BUMN jasa pelabuhan menjadi satu Pelindo), platform pelayanan kapal, hingga sistem operasi pelabuhan,” terang pria yang juga Supervisor Unit 2 Subholding Pelindo Jasa Maritim (SPJM) Palembang PT Pelindo ini.
Targetnya tak lain meningkatkan efektivitas dan efisiensi kepelabuhan nasional. Karena sebagai operator pelabuhan terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar kontainer 95 persen, Pelindo punya visi menjadi pemimpin ekosistem maritim terintegrasi dan berkelas dunia. Misi mewujudkan jaringan ekosistem maritim nasional itu melalui peningkatan konektivitas jaringan dan integrasi pelayanan guna mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Tak hanya itu, penerapan Phinnisi menguatkan komitmen nilai-nilai perusahaan (core value) BUMN Akhlak para karyawan, yaitu amanah, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif. “Dulu mungkin ada gosip-gosip Pelindo menarik tarif tapi tidak dilayani. Ya, namanya pelayanan, ada saja customer yang tidak puas. Tapi saat itu mungkin rawan mengingat Pandu masih bertemu pelanggan untuk penyerahan kertas SPK. Sesuatu under the table (gratifikasi/pelicin, red) kita tidak tahu,” tegasnya.
Phinnisi membuktikan gosip itu tidak ada, karena sistem ini memagari dan menghindari tatap muka. “Prinsip kami No Service No Pay,” lanjut Avid. Setelah ada orderan, Phinnisi menampilkan jelas siapa pandunya, motor pandu, jenis kapal yang dipandu, jadwal pelayaran. “Ada planner-nya di sistem dan kerja Pandu lebih terarah,” sebutnya.
Keberadaan platform itu ikut mengefisiensi karyawan di pelayanan kapal yang dulunya 15 orang, sekarang terpangkas menjadi 8 orang. Selebihnya diberdayakan ke bidang lain yang lebih membutuhkan. “Permintaan pemanduan kapal kini hanya dilayani dari Phinnisi dan semua pengguna jasa wajib menggunakannya. Aplikasi ini bisa di-download di Play Store Android,” tuturnya.
Total saat ini ada 31 pandu bersertifikat melayani jasa kapal di seputaran perairan Sungai Musi, dengan 6 kapal tunda (tugboat). Setiap hari ada 40-50 permintaan, baik itu pemanduan, penundaan, maupun tambat. “Proses booking pandu 6 jam sebelum keberangkatan, jadi saat itu semua harus sudah siap. Jika tidak konsekuensinya dibatalkan dan pengguna jasa perlu booking ulang. Sistem ini mempercepat mobilitas kapal dan arus barang keluar masuk pelabuhan,” bebernya.
Kepala Seksi Barang Umum Curah Cair DPD Indonesian National Shipowners Association (INSA) Sumsel, Eka Thano mengakui 2 tahun merger, Pelindo melakukan banyak perubahan dan transformasi operasi atau layanan dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaan maupun pelabuhan. Salah satunya mengintegrasikan platform pelayanan kapal setiap pelabuhan dengan standar sama.