PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Salah satu sasaran dan strategi arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Indonesia adalah Peningkatan Pelayanan Kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama melalui penguatan pelayanan kesehatan dasar dengan mendorong upaya peningkatan promotive dan preventif, didukung upaya inovasi dan pemanfaatan teknologi.
Penguatan pelayanan Kesehatan dasar tidak terlepas dari peran puskesmas sebagai ujung tombak dalam rangka mewujudkan jangkauan pelayanan kesehatan melalui Transformasi Layanan Kesehatan Primer.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan sebagai penetapan standar pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat akan Kesehatan yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah, memiliki 12 indikator pelayanan dasar sesuai kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
BACA JUGA : Puskesmas Dempo Luncurkan Tobat ARV
Berdasarkan hasil capaian SPM bidang Kesehatan Tahun 2021 didapatkan permasalahan Kesehatan yang ditemui adalah : Masih adanya ibu hamil yang mengalami kurang energi kronis (17,3%), anemia ibu hamil (48,9%), komplikasi persalinan (28,3%), berat bayi lahir rendah (6,2%), Stunting pada balita (24,4%), Wasting pada balita (7,1%), anemia remaja (32%), anemia WUS (24%), dan meningkatnya kasus HIV.
Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia terbilang masih cukup tinggi. Berdasarkan data Sampling Registration System (SRS) Kementrian Kesehatan Tahun 2018, sekitar 76% kematian ibu terjadi di fase persalinan dan pasca persalinan dengan proporsi 24% terjadi saat hamil, 36% saat persalinan dan 40% pasca persalinan.
Tingginya kematian ini disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang terjadi mulai dari fase sebelum hamil, yaitu kondisi Wanita usia subur yang mengalami anemia, kurang energi kronis, obesitas, Riwayat penyakit penyerta seperti Tuberculosa dan lain-lain.
BACA JUGA : Mantu Bertaring Inovasi Puskesmas Ariodillah
Kesulitan ini disebabkan kondisi saat hamil dimana ibu hamil dapat menderita anemia, mengalami kurang gizi, ataupun mengalami penyakit tekanan darah tinggi (pre-eklampsia) saat hamil.
Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi selama hamil dapat menyebabkan ibu hamil mengalami Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil berisiko mengalami KEK jika memiliki lingkar lengan atas (LILA) <23,5 cm.
Kadar hemoglobin darah bila kurang dari 11 gr% dapat menyebabkan ibu hamil mengalami anemia. Berdasarkan laporan cakupan program pelayanan Puskesmas Kertapati tahun 2021, kasus ibu hamil kurang energi kronis (KEK) dan anemia sebanyak 108 kasus. Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia merupakan kondisi yang harus dihindari karena dapat mengganggu pertumbuhan bayi di dalam kandungan dan menimbulkan risiko balita stunting.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, Puskesmas Kertapati menginisiasi lahirnya inovasi KI MEROGAN (Kawal Ibu Hamil Resiko Gizi Kurang dan Anemia) sebagai salah satu inovasi Puskesmas Kertapati dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah ibu hamil yang mengalami risiko gizi kurang atau Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia.
BACA JUGA : Puskesmas Dempo Inovasi Perahu Lansia
Program inovasi KI MEROGAN yang dilaksanakan sejak Tahun 2021 ini melibatkan lintas sektor dalam pelaksanaannya dan memiliki tiga kegiatan utama, yaitu pembentukan posyandu ibu hamil, pelaksanaan kelas ibu hamil dan pemantauan ibu hamil KEK dan Anemia.
Inovasi KI MEROGAN merupakan inovasi yang efektif dalam menurunkan angka bumil KEK/Anemia, hal ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah bumil KEK/Anemia pada Tahun 2021 sebanyak 108 kasus menjadi 58 kasus pada Tahun 2022 di wilayah kerja Puskesmas Kertapati.
Inovasi KI MEROGAN diharapkan dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga diharapkan dapat menurunkan resiko terjadinya komplikasi persalinan, kematian ibu dan bayi serta stunting pada balita di masa mendatang. (Ril).
Kategori :