Menurutnya, ekspor kopi sendiri berupa biji kopi yang sudah diolah secara hygiene. Biji kopi Robusta yang diekspor merupakan biji kopi pilihan dengan kualitas terbaik dan aman dikonsumsi. “Diharapkan kopi lokal ini bisa mengangkat nama daerah kita, Provinsi Sumsel sebagai penghasil kopi di tingkat mancanegara,” tuturnya.Apalagi mengingat Sumsel memiliki areal kopi terbesar di Indonesia, bahkan produksi Sumsel memenuhi 25 persen kebutuhan kopi Indonesia. "Jadi 25 persen yang memenuhi pasar Indonesia itu adalah kopi dari Sumsel. Kita berharap setelah pelatihan kepada petani kopi, kopi Sumsel semakin dikenal hingga tingkat dunia," jelasnya. Dia pun mengajak pemerintah dan swasta terkhusus petani bersama-sama memperbaiki kualitas biji kopi di Sumsel. Karena UMKM punya BO ekspor. Jika mengajak menyeragamkan kualitas biji kopi. Petani kopi dari 9 kabupaten/kota se-Sumsel, hanya 5 petani daerah yang datang, Muara Enim, Lahat, Pagaralam, Empat Lawang dan OKU Selatan, dan para petani yang datang secara mandiri. Di pelatihan ini, Salamah yang juga ketua panitia pelatihan menyebut petani dapat belajar bagaimana proses pengajuan dan mengklasifikasi cacat pada biji kopi Sumsel. Ini dilakukan pada panen kopi 2023, juga akan dicek mengenai kadar air sehingga hasil yang didapat merupakan hasil dengan high kualitas.
Asisten 3 Bidang Administrasi dan Umum Pemprov Sumsel, Kurniawan MSi menyampaikan Gubernur juga penggemar kopi dan Gubernur tahu rasa dan darimana kopi berada. "Secara pemikiran kami tahu luar saja, tetapi kami berharap ke depan kopi Sumsel dapat naik kelas dan bisa bersaing dengan daerah luar," kata dia.Dia pun mengakui Sumsel penghasil kopi terbesar di Indonesia, namun syangnya belum ada yang terkenal namanya. "Sajian minuman kopi terus dimodifikasi, seperti kopi Vietnam, padahal kopinya bisa jadi dari Indonesia. Karena itu kita sepakat meningkatkan kualitas kopi sehingga petani juga sejahtera," kata dia. Diharapkan semua petani juga dapat meningkatkan kualitas biji kopi yang mereka jual. Kepala Balai Standarisasi Pelayanan dan Jasa Industri (BPJSI), Syamdian mengatakan pihaknya memiliki peralatan meningkatkan kualitas kopi. "Ini milik pemerintah dan kami hadir untuk dapat meningkatkan komoditi. Bagaimana hasilkan produk kopi dengan kualitas tinggi, seperti adanya perubahan mindset. Selama ini sering dijemur di atas aspal, dan ini membuat pembeli (buyer) menjadi batal. Kita harus tingkatkan mutu," ujarnya.
Dia berharap dengan adanya pelatihan ini, petani memiliki perspektif dan mendapat pengakuan, menggunakan sistem untuk dapat menghasilkan produk berkualitas. "Ini bisa kita harapkan untuk memgangkat petani kopi agar lebih berkembang lagi," ungkapnya. Dia menyampaikan sejauh ini BPJSI memiliki 24 balai dari Provinsi Aceh sampai Ambon.Ini sejalan dengan program bagaimana berupaya agar komoditi ini bisa tumbuh dan berkembang, serta menambah nilai tambah bagi pelaku usaha. “Kita harus kolaborasi. Kami punya kewenangan fungsi dan bisa ditutupi organisai yang lain. Jadi bisa menutupi puzzle yang kosong,” pungkasnya. (fad)
Kategori :