*Gedung 16 Ilir Masih Terikat BOT PALEMBANG - Renovasi Pasar 16 Ilir sudah sejak lama digaungkan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang.
Hanya saja selain perlu anggaran untuk perbaikan, gedung Pasar 16 juga masih terikat perjanjian kerja sama dengan pihak ketiga. Belakangan, renovasi bahkan pergantian nama diisukan dan viral di media sosial (medsos) misalnya menjadi The Heritage 16 Ilir. Wali Kota Palembang, H Harnojoyo, mengaku cukup terkejut dengan informasi tersebut. "Belum ada pergantian nama, justru saya baru dengar itu," ujarnya saat ditemui awak media usai menghadiri HUT Ke-77 Provinsi Sumsel di DPRD Sumsel, Senin (15/5).Apalagi, lanjutnya, Pasar 16 Ilir masih terikat kerjasama Build Operate Transfer (BOT) dengan pihak ketiga dan apakah akan diselesaikan, dirinya mengatakan tunggu dalam waktu dekat. "Insya Allah, tunggu kabarnya dalam waktu dekat ini," katanya.Diketahui, Pasar 16 Ilir terikat perjanjian kerja sama dengan PT GTP hingga tahun 2033 mendatang. Soal pemutusan kerja sama dan renovasi gedung juga pernah dikemukakan tahun 2021, dengan beberapa ketentuan seperti Pemkot Palembang melalui PD Pasar harus membayar penalti sebesar Rp10 miliar untuk pemutusan kerja sama, pengelolaan Pasar 16 kemudian dilakukan Pemkot Palembang melalui BUMD Perumda Pasar Palembang Jaya. Menurut pedagang Pasar 16 Ilir, Jasrial terkait renovasi pedagang belum mendapat informasi itu, tapi kalau isu bakal ada renovasi memang lihat di media sosial. "Jika memang mau renovasi atau perbaikan apalagi total pasti pedagang diberi surat atau semacam pemberitahuan, namun sejauh ini belum ada," katanya. BACA JUGA : Gajah Sumatera Dipasangi GPS Collar Soal renovasi yang lebih modern seperti heboh di sosial media, banyak netizen meragukan. "PHP dak ini," ungkap warganet. Ada juga yang menyampaikan komentarnya cukup tajam. "Selesaikan dulu Pasar Cinde, baru 16 Ilir," tulisnya. Di sisi lain, pedagang Pasar Kuto, Kelurahan Kuto Batu, Kecamatan Ilir Timur 3 Kota Palembang menolak direlokasi ke bawah Jembatan Musi IV Palembang. Alasannya mereka tak mau revitalisasi pasar nanti dikelola pihak ketiga. Protes itu salah satunya disampaikan Sri Muniarti (50), pedagang Pasar Kuto kepada koran ini, kemarin. Dia menjelaskan keengganan pedagang dikelola pihak ketiga lantaran nantinya mereka pasti menyewa lapak lebih mahal.
Kategori :