Transformasi Paripurna, Pelabuhan Nonpetikemas Semakin Efisien dan Terintegrasi
SPANDUK PERINGATAN : Truk trailer melintas di depan spanduk peringatan dimana sopir truk wajib memiliki kartu STID saat masuk ke Pelabuhan Nonpetikemas Boom Baru Palembang. -Foto : Rendi/Sumateraekspres.id-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Dari balik kaca truk trailer 20 kaki, Mahmud (45) melempar pandangan ke spanduk pengumuman di samping pintu gerbang Terminal Multipurpose Boom Baru Palembang, Kamis siang (4/4/2024). Pelindo memberi peringatan kepada truk-truk transportir yang akan melakukan bongkar muat barang-barang logistik di pelabuhan.
“Kepada seluruh trucking yang berkegiatan di terminal multipurpose belum memiliki kartu STID (single truck identification number), diberikan dispensasi sampai tanggal 30 Juni 2024 untuk melakukan pengurusan kartu STID,” tulis pengumuman tersebut.
Mahmud tak terkejut karena sudah memiliki STID dan menggunakannya sejak tahun 2023. “Awalnya di terminal petikemas (TPK), sekarang Pelindo menerapkannya ke terminal nonpetikemas. Terhitung 1 April kemarin, jadi saya tinggal jalan saja,” akunya. Ia menyebut penggunaan STID jauh lebih praktis dibanding kartu akses sebelumnya (TID).
Sekitar pukul 14.15 WIB, Mahmud masuk gerbang Terminal Multipurpose Boom Baru hari itu. Ia cukup men-tapping kartu STID, seketika portal gerbang terbuka. Namun bukan soal kartu akses dan alat transaksi pembayaran pas pelabuhan saja, STID ini sistem elektronik yang mendata setiap truk guna menunjang truck booking system dan terminal operating system. Dengan begitu memudahkan identifikasi, monitoring, serta memacu produktivias layanan jasa kepelabuhan.
Makanya usai tapping, data nomor lambung truk Mahmud termonitor di layar petugas pengendali operasi terminal. Berikut jadwal masuk pelabuhan, tujuan kapal, waktu bongkar muat, barang-barang yang mau diangkut, hingga jam perkiraan selesai. “Hari ini saya masih mengangkut beras impor Thailand dari pelabuhan ke Gudang Bulog. Sekali jalan membawa 20 ton beras,” terang Mahmud.
Diakuinya, sejak 2 tahun terakhir Pelabuhan Nonpetikemas Boom Baru yang dikelola Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT) melalui anak perusahaannya PTP (Pelabuhan Tanjung Priok) Nonpetikemas Cabang Palembang banyak berbenah. Pelindo melakukan transformasi pelabuhan nonpetikemas menuju standarisasi dan digitalisasi pelabuhan yang paripurna (sempurna). STID salah satu poinnya.
Dalam prosesnya, SPMT juga mengimplementasikan PTOS-M (Pelindo Terminal Operating System Multipurposes) di Terminal Multipurpose Boom Baru sejak 1 Januari 2024. PTOS-M membantu operator terminal mengelola berbagai kargo umum, curah kering, curah cair mulai dari perencanaan, pengoperasional, pemantauan, pelaporan. STID terkoneksi pada sistem IT manajemen tersebut. Sistemisasi ini memperbaiki planning dan control, improvement traffic flow sehingga kegiatan bongkar muat maksimal dan efisien.
Mahmud ingat betul perubahannya. Sebelum 2021, antrian truk di pelabuhan sering kali terjadi. “Dari pintu gerbang verifikasinya oleh petugas terminal, tapi pas masuk kadang bingung kapan kapal tujuan sandar, dimana posisinya, jam berapa muat barang,” ujarnya. Mau cepat minta bantu (suap, red) petugas, belum lagi praktek pungli premanisme yang meminta uang parkir hingga Rp50 ribu. Sekarang semuanya sudah clear.
Sekretaris DPD Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Sumsel, Budi Susanto menjelaskan pungli terjadi saat pelabuhan belum steril dan belum ada standarisasi-digitalisasi sistem. Karenanya langkah transformasi pelabuhan nonpetikemas Indonesia oleh Pelindo merupakan sebuah keniscayaan.
“Kita tak menutup mata. Dulu aksi pungli ke sopir truk sering terjadi, bahkan oknum pelaku sempat diamankan Kepolisian,” terang Budi. Demikian kasus suap hingga truk bodong alias tak laik jalan lolos masuk pelabuhan. Namun itu tinggal cerita. Setelah 2 tahun Pelindo transformasi, pelabuhan nonpetikemas jauh lebih baik operasionalnya. Steril, tertib, dan tertata. Bebas pungli dan bebas suap.
“Semua kegiatan kepelabuhan by system (digital). Dari pintu gerbang sudah ketat. Truk mau masuk harus berizin atau ada orderan (bongkar muat) dulu lewat sistem kepelabuhan. Kalau tidak ada, dilarang,” paparnya. Truk yang punya keperluan saja sulit, apalagi orang luar yang tak punya kepentingan.
Selain itu tujuan sopir terarah dan pasti, pekerjaannya terdata jelas sehingga tak perlu dulu-duluan atau minta tolong petugas. “Secara tak langsung, penerapan PTOS-M dan STID memberantas pungli, praktek suap, dan truk bodong. STID berisi databased kelayakan teknis truk dan pengemudi. Artinya kita dapat memastikan truk masuk terminal laik jalan. Sebelum ada STID, sulit mendeteksinya,” lanjut Budi.
Diakuinya, mayoritas sopir truk sudah memiliki STID dari 350 sopir transportir di Sumsel. Yang belum punya tinggal 10 persen. Penggunaan STID hasil kerjasama Pelindo dan Aptrindo ini membuat mobilitas truk di pelabuhan terkontrol dan termonitor. “Pemerintah pun bisa melihat pergerakan lalu lintas logistik kapal dan truk melalui sistem Inaportnet yang terintegrasi,” bebernya. Tidak di satu titik pelabuhan, tapi semua terminal nonpetikemas.
Saat ini mobilitas dalam Pelabuhan Nonpetikemas Boom Baru berlangsung cepat. Waktu bongkar muat truk yang semula 2,5-3 jam, kini 20 menit-1 jam selesai. Demikian port stay (waktu sandar kapal), sebelumnya butuh 20 jam, sekarang cukup 10 jam. Tak hanya sistem yang buat ringkas, teknologi dan peralatan pelabuhan kian canggih. “Meski tergantung pula pengajuan kapal di platform Phinnisi. Mau berapa jam sandar, berdasarkan jumlah barang dan kesiapan armada. Jika memilih 12 jam, sistem mengatur selesai tidak selesai harus berlayar, sebab kapal lain menunggu giliran berlabuh,” pungkasnya.