Sumatera Ekspres | Baca Koran Sumeks Online | Koran Sumeks Hari ini | SUMATERAEKSPRES.ID - SUMATERAEKSPRES.ID Koran Sumeks Hari ini - Berita Terhangat - Berita Terbaru - Berita Online - Koran Sumatera Ekspres

https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Mitsubishi baru

Pembinaan Olahraga Sumsel Dinilai Masih Konvensional

KERJASAMA : Kadispora Sumsel H Rudi Irawan memukul gong tanda dibukanya acara kerjasama Indonesia-Malaysia dalam bidang olahraga di Hotel Beston, Palembang, Selasa (9/12). -FOTO: BUDIMAN/SUMEKS-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Pola pembinaan olahraga di Sumatera Selatan saat ini dinilai masih sangat konvensional.

Hingga kini belum ada peraturan daerah yang mengatur olahraga secara komprehensif, sehingga arah pembinaan belum memiliki kerangka yang jelas.

BACA JUGA:Dispora Sumsel Gelar Seleksi Atlet Sepak Bola PAPP di Empat Zona, Rudi Irawan: Siapkan Bibit Unggul untuk Masa

BACA JUGA:Kadispora Sumsel Buka Kegiatan Mimbar Muda Lomba Tausiyah dan Kaligrafi, Ini Pesannya

“Ini bukan menyalahkan pihak manapun, tapi soal menentukan masa depan. Visi kita jelas, melahirkan atlet dengan prestasi nasional bahkan internasional.

Misinya adalah penguatan pembinaan, karena tanpa proses pembinaan yang kuat, prestasi mustahil dicapai,” ungkap Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sumsel, Dr H Rudi Irawan, Ssos Msi saat menyampaikan pemaparan dalam acara Kerjasama Bidang Olahraga Indonesia–Malaysia yang digelar di Hotel Beston, Selasa (9/12) yang dihadiri Prof Ahmad Syafawi Ismail dari Malaysia sebagai tamu kehormatan.

Rudi menekankan bahwa meski Sumsel dikenal sebagai provinsi yang disegani dalam dunia olahraga, secara fakta prestasi di ajang PON cenderung stagnan.

“Prestasi PON tertinggi kita ada di lima besar tahun 2004, selebihnya masih itu-itu saja. Data ini penting agar kita tahu arah kebijakan ke depan,” ujarnya.

Ia juga menyinggung ironi fasilitas olahraga yang dimiliki Sumsel. Dengan adanya Jakabaring Sport City (JSC), Sumsel sering membuat daerah lain terkesima.

Namun, prestasi atlet belum mampu mengimbangi megahnya fasilitas tersebut. Ia mencontohkan bahwa pelatih yang kuat bisa membentuk atlet sejak dari ajang O2SN hingga POPDA, karena atlet bukan ditemukan melainkan dibentuk.

“Ini pekerjaan rumah kita bersama. Tidak ada yang paling hebat, kita harus bergerak dengan cara yang lebih modern, bukan lagi konvensional,” jelas Rudi. 

Dia menekankan pentingnya keterlibatan berbagai pihak atau stakeholder dalam ekosistem olahraga. Berdasarkan hasil penelitian dirinya menunjukkan bahwa pembinaan olahraga di Sumsel masih sangat bergantung pada pemerintah, padahal stakeholder olahraga tidak hanya pemerintah. 

“Kita sering melihat sponsor seperti pemadam kebakaran—datang hanya ketika dibutuhkan. Padahal dalam olahraga ada peran pemerintah, KONI, sponsor, komunitas, swasta, dan akademisi,” terangnya.

Ia menambahkan bahwa perguruan tinggi yang memiliki fakultas olahraga seperti PGRI, BIDAR, dan Unsri seharusnya terlibat lebih aktif dalam pembinaan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan