https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Anjal dan Gepeng Meresahkan, Jadwalkan Penertiban, Sebelum Ramadan, Seputaran Traffic Light

MERESAHKAN : Selain membuat tak nyaman pengendara, aksi anak jalanan dan pengemis di persimpangan traffic light di Palembang kerap membahayakan. Seperti seorang ibu yang mengajak bayi ikut serta mengemis di jalanan ini, membuat bayinya rawan terpapar p-foto: budiman/sumeks-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Keberadaan anak jalanan (anjal) serta gelandangan pengemis (gepeng) yang meresahkan warga metropolis dalam waktu dekat akan ditertibkan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang. Terutama mereka yang beroperasi seputaran traffic light atau persimpangan lampu lalu lintas di jalan-jalan protokol.

Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Kota Palembang, M Ichsannul Akmal, mengakui keberadaan anjal dan gepeng sudah sering dikeluhkan warga, apalagi tak jarang anjal dan gepeng dalam melakukan aksinya terkesan membuat tidak nyaman. Pihaknya saat ini masih melakukan pendataan jumlah mereka, terutama yang beroperasi di seputaran traffic light.

“Kita akan lakukan penertiban, sebelum Ramadan sudah dilaksanakan,” ujarnya.

Apalagi anjal dan gepeng yang beraksi tidak hanya dari Kota Palembang, namun daerah lain. Bahkan jumlahnya saat bulan Ramadan bisa melonjak 2-3 kali lipat, tentu akan membuat persoalan sosial kian kompleks di Palembang.

BACA JUGA:Satpol PP dan Polres Lubuklinggau Gelar Razia Gelandangan dan Anak Jalanan

BACA JUGA:Polsek dan Pemerintah Kecamatan Lakukan Penertiban Anak Jalanan dan Gelandangan di Kertapati

"Saat ini terdata ada puluhan, saat Ramadan bisa melonjak. Tahun lalu bahkan ratusan, mereka memanfaatkan momen banyak orang bersedekah,” tandasnya.

 Akmal mengimbau masyarakat mendermakan rezekinya melalui badan amal resmi yang dikelola pemerintah maupun lembaga yang concern di bidang itu. Sebab bila terus bersedekah secara langsung ke mereka, akan menyebabkan jumlahnya terus tumbuh dan selalu ada.

“Paling tidak, upaya penertiban yang dilakukan nantinya supaya mereka ini tidak lagi beraktivitas di jalanan yang juga sangat membahayakan, terutama di jam-jam sibuk yang otomatis kendaraan yang melintas sangat banyak," tegasnya. 

IL, salah satu anak jalanan ketika dibincangi koran ini, mengungkapkan, dirinya sengaja mengamen di lampu merah karena potensi diberikan uang oleh pengendara cukup tinggi. Walaupun memang, semua ini sangat berbahaya, apalagi berada langsung di jalan raya. Dia mengaku nekat melakoni hal itu karena belum ada panggilan kerja, meski sudah melamar kerja. Dirinya korban PHK saat masa Covid-19 lalu. Dia sehari-hari mengaku bisa membawa pulang uang Rp60-90 ribu setiap pulang mengamen. Itu sudah dikurangi ongkos dan biaya makan.

BACA JUGA:Lakukan Pembinaan Gepeng-Anak Jalanan

BACA JUGA:Program MBG Hari Kedua: Anak-Anak Semangat Lahap Ayam Saos Tomat dan Sayur Capcay

“Kalau ada kerjaan lain, saya mau Kak berhenti. Ini juga karena dipecat 3 tahun lalu. Lumayanlah yang penting dapur ngebul,” tandasnya.

Roni, salah satu warga, berharap jika memang pemerintah berniat melakukan penertiban agar konsisten. Jangan nanti saat Ramadan atau momen tertentu saja, setelah itu balik lagi para anjal dan gepeng di jalanan. “Seperti penertiban yang jualan di trotoar. Dalam hitungan hari saja, sudah balik lagi mereka,” pungkasnya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan