https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Prof Maulana Yusuf, Guru Besar Teknik Pertambangan FT Unsri, Ungkap Swabakar Batu Bara Picu Pemanasan Globa

Prof Dr Ir H Maulana Yusuf MS MT-foto: ist-

"Emisi gas metana yang terjadi akibat swabakar batu bara menyebabkan meningkatnya CO². Merupakan gas rumah kaca yang dominan menjadi penyebab pemanasan global," ujarnya. Sedangkan uap air yang terjadi sangat intensif akan menyebabkan hujan yang ekstrim. Sedangkan O² kecenderungannya relatif menurun. 

Koordinator Prodi Magister Teknik Pertambangan Unsri periode 2024 -2028 itu menjelaskan, swabakar merupakan proses oksidasi dimana batu bara akan bereaksi dengan oksigen pada temperatur rendah. Swabakar batu bara yang menghasilkan berbagai gas terutama gas rumah kaca, seperti karbon dioksida dan metana. 

BACA JUGA:Warga Resah Pertambangan Ilegal, Diduga Serobot Lahan Warga

BACA JUGA:Pertambangan Galena Tanpa Izin Resahkan Warga Desa Jangkat, Muratara

Gas rumah kaca yang berpotensi menyebabkan pemanasan global yang potensinya (GWP) 27-30 kali lipat dari karbon dioksida dalam jangka waktu 100 tahun dan 80-83 kali lipat dalam jangka waktu 20 tahun.  Konsentrasi emisi gas metana global setiap tahun meningkat dimana pada 2005 sebesar 1,750 ppm dan meningkat terus dari tahun ke tahun mencapai 1,923 ppm pada 2023. 

Laju peningkatannya sebesar 0,011 ppm/tahun. Mampu meningkatkan temperatur global sekitar 1-2 derajat celcius. Ia menyebut, timbunan batu bara pada stockpile harus diperhitungkan dengan matang. Agar mengurangi pengaruh aliran angin, udara masuk dalam cleat, tinggi timbunan, kemiringan timbunan. 

"Perlu menerapkan manajemen FIFO (first in first out) yang bertujuan mencegah batu bara tertimbun dalam waktu yang lama dan menumpuk di stockpile," ungkapnya. Kemudian, melakukan kontrol temperatur swabakar setiap 3 jam sekali agar swabakar tidak terjadi dengan bantuan satelit. Atau memasang sensor di area penambangan dengan mempelajari karakteristik batu bara dan emisi gas metana. 

"Penyemprotan larutan kimia yang mengandung surfaktan yang bertindak sebagai antioksidan yang ditambahkan atau disemprotkan untuk mengurangi risiko pembakaran. Serta pembongkaran dan pemadatan batu bara dengan alat berat seperti backhoe dan bulldozer," tukasnya.

BACA JUGA:Pemerintah Dorong Industri Pertambangan Kian Berkelanjutan

BACA JUGA:Kasus Pertambangan : Kejati Sumsel Periksa Saksi dari ESDM Sumsel dan Dirjen Pajak!

Prof Maulana tercatat sebagai  anggota pengurus ICMI Sumsel itu. Juga pengurus HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) Komisariat Wilayah Sumsel dan Perhapi (Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia) Perwakilan Daerah Sumsel. Menurutnya, perlu ada pengembangan penelitian lagi yang akan dilakukan ke depan. untuk mengatasi emisi gas metana dari swabakar batu bara pada kegiatan penambangan terbuka. 

Pengembangan pendekatan secara preventif lebih disarankan untuk mencegah terjadinya swabakar batu bara. Perlunya penentuan nilai ambang batas emisi gas metana pada swabakar dan pembakaran batu bara. Serta menerapkan hilirisasi pemanfaatan batu bara. Sebagai bahan bakar non polutif dan penggunaan lainnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan