https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Memilih dengan Nalar Membangun Demokrasi Indonesia yang Rasional

Rahmat Rafinzar SIP MAP Dosen FISIP Universitas Sriwijaya--

Untuk memahami bagaimana partisipasi rasional dapat diwujudkan, kita perlu melihat pendekatan-pendekatan dalam perilaku pemilih, yang mencakup pendekatan sosiologis, psikologis, dan rasional.

PendekatanSosiologis,Pendekatan ini menggarisbawahi bahwa perilaku pemilih sering kali dipengaruhi oleh karakteristik sosial mereka, seperti agama, etnis, pekerjaan, dan status ekonomi. Dalam konteks Pilkada, pemilih mungkin cenderung memilih kandidat yang memiliki latarbelakang sosial atau identitas yang mirip dengan mereka. Meskipun wajar dan merupakan hak setiap individu, pendekatan ini memiliki risiko, terutama ketika digunakan sebagai alat kampanye politik identitas yang mengedepankan kesamaan etnis atau agama dari pada kompetensi. Kampanye politik berbasis identitas dapat mempersempit wawasan pemilih dan mengalihkan perhatian dari isu-isu penting yang perlu diatasi oleh calon pemimpin.

Pendekatan Psikologis, Dalam pendekatan ini, pemilih dipengaruhi oleh sikap politik dan afiliasi emosional terhadap kandidat atau partai tertentu. Identifikasi psikologis ini bisa muncul dari hubungan historis atau sosialisasi panjang yang terjadi di daerah tersebut. Contohnya, pemilih yang tumbuh di keluarga yang mendukung partai tertentu cenderung mempertahankan loyalitas tersebut. Namun, pendekatan ini memiliki kekurangan karena bisa mengabaikan performa actual kandidat dan fokus pada hubungan emosional semata.

Pendekatan Pilihan Rasional, Inilah pendekatan yang paling relevan untuk meningkatkan kualitas partisipasi di Pilkada. Pendekatan pilihan rasional menekankan pada keputusan berdasarkan pertimbangan logis dan informasi yang relevan. Pemilih yang menggunakan pendekatan ini akan mengevaluasi kandidat berdasarkan program kerja yang ditawarkan, solusi yang diusulkan untuk mengatasi masalah di daerah, serta rekam jejak kandidat dalam menjalankan tugas publik. Misalnya, apakah kandidat memiliki rencana konkret untuk meningkatkan infrastruktur atau memperbaiki layanan kesehatan? Apakah program-program tersebut realistis dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat?

Pendekatan ini menuntut pemilih untuk tidak mudah terpengaruh oleh kampanye hitam atau hoaks yang sering kali beredar di media sosial. Masyarakat diharapkan lebih bijak dalam menyaring informasi, serta lebih kritis dalam mengevaluasi apakah informasi tersebut valid atau hanya sekadar propaganda. Dengan begitu, keputusan yang diambil akan mencerminkan kebutuhan dan harapan masyarakat akan perubahan positif di daerah mereka.

BACA JUGA:Kapolres Lahat Imbau Jaga Etika Selama Debat Publik Paslon Bupati Demi Demokrasi Sehat, Ini Katanya!

BACA JUGA:Pusat Studi Kebijakan dan Politik (PSKP) Sumsel Resmi Diluncurkan, Dorong Demokrasi Sehat Menuju Pilkada 2024

Tantangan dalam Mewujudkan Partisipasi Rasional

Tantangan utama dalam mewujudkan partisipasi rasional di Pilkada Serentak adalah maraknya informasi palsu (hoaks) dan kampanye hitam. Di era digital, arus informasi bergerak sangat cepat, dan tidak semua pemilih memiliki keterampilan literasi media yang memadai untuk membedakan informasi yang akurat dari yang menyesatkan. Selainitu, masih ada praktik politik uang (money politics) yang merusak integritas pemilu. Praktik ini sering kali membuat pemilih terjebak dalam loyalitas jangka pendek, di mana pilihan dibuat karena iming-iming materi dari pada evaluasi kritis terhadap kapabilitas kandidat.

Pilkada yang sehat membutuhkan partisipasi masyarakat yang cerdas dan bebas dari pengaruh negative seperti kampanye hitam atau politik uang. Salah satu cara untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan meningkatkan literasi politik dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pilihan yang rasional. Pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan media memiliki peran penting dalam menyediakan informasi yang transparan dan edukatif mengenai calon-calon yang bertarung dalam Pilkada.

Memilih dengan Nalar: Investasi untuk Masa Depan Daerah

Memilih berdasarkan rasionalitas bukan hanya menguntungkan bagi masyarakat, tetapi juga menjadi investasi jangka panjang bagi kemajuan daerah. Masyarakat yang memilih pemimpin secara rasional akan memilih pemimpin yang memiliki visi jelas, solusi nyata, dan rekam jejak yang menunjukkan komitmen terhadap kemajuan daerah. Ini memastikan bahwa pemimpin yang terpilih tidak hanya populer, tetapi juga kompeten untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi daerah.

Ketika pemilih mengedepankan pendekatan rasional, mereka tidak hanya berkontribusi pada legitimasi hasil Pilkada, tetapi juga mendorong lahirnya pemimpin yang mampu menjalankan amanah dengan baik. Dalam jangka panjang, hal ini akan meningkatkan kualitas kebijakan publik, karena pemimpin yang terpilih akan merasa bertanggungjawab untuk memenuhi ekspektasi rasional yang diberikan oleh pemilih.

BACA JUGA:Debat Virtual Potensi Jerumuskan Demokrasi di Titik Nadir Terendah, Ini Kata Pengamat Politik!

BACA JUGA:Etika Berdemokrasi dalam Perspektif Islam

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan