Makna dan Sejarah Tradisi Tahlilan di Rumah Orang Meninggal dalam Islam, Pandangan Ulama dan Manfaat Sosialnya
Tahlilan, tradisi doa bersama untuk almarhum, membawa nilai spiritual dan sosial dalam kehidupan masyarakat Muslim di Indonesia. Foto: nu online--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID- Tradisi tahlilan di rumah ahli musibah memiliki sejarah yang panjang dan kaya, terutama di Indonesia.
Tahlilan adalah praktik yang dilakukan oleh umat Muslim untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia.
Meskipun tidak ada dalil spesifik dari Nabi Muhammad SAW yang secara langsung memerintahkan tahlilan, tradisi ini berkembang sebagai bentuk dzikir dan doa bersama untuk almarhum.
Sejarah tahlilan di Indonesia erat kaitannya dengan penyebaran Islam oleh Wali Songo.
Para wali ini menggunakan pendekatan budaya untuk menyebarkan ajaran Islam, termasuk mengintegrasikan tradisi lokal dengan ajaran Islam.
BACA JUGA:Lanjutkan Cita-Cita dan Perjuangan Almarhumah, Tahlilan Hari Ketiga Berlangsung Khidmat
BACA JUGA:Dapat Kabar Duka Lagi Tahlilan, Rumah Sutomo Habis Terbakar
Salah satu contohnya adalah tahlilan, yang menjadi cara untuk mempererat hubungan sosial dan memberikan dukungan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Pada masa awal penyebaran Islam, masyarakat yang baru memeluk agama Islam masih mempertahankan beberapa kebiasaan lama mereka.
Tahlilan menjadi salah satu bentuk akulturasi budaya yang diterima oleh masyarakat luas.
Praktik ini kemudian menjadi bagian dari tradisi keagamaan yang dilakukan secara rutin, terutama pada malam-malam tertentu seperti malam Jum’at.
Selain itu, tahlilan juga memiliki manfaat sosial yang signifikan.
Acara ini menjadi momen bagi keluarga, tetangga, dan teman-teman untuk berkumpul, memberikan dukungan emosional, dan mempererat tali silaturahmi.
BACA JUGA:Suami Hobi Memancing, Bolehkah Istri Melarang? Simak Penjelasannya Menurut Pandangan Islam!