Mengenal Suku Basemah Warisan Budaya yang Memukau dari Sumatera Selatan dan Bengkulu
Suku Basemah, juga dikenal sebagai Melayu Besemah, mendiami sekitar Gunung Dempo di Sumatera Selatan dan Bengkulu. Mereka kaya akan budaya dan tradisi, dengan pusat di Pagar Alam, Lahat, Muara Enim, dan Empat Lawang, serta terbagi menjadi Pasemah Kedurang--
Lahat, SUMATERAEKSPRES.ID - Suku Basemah, juga dikenal dengan nama Melayu Besemah, Besemah, Pasemah, atau Pesemah, merupakan kelompok etnis yang menghuni kawasan sekitar Gunung Dempo di Sumatera Selatan dan meluas hingga Provinsi Bengkulu.
Suku ini memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang unik, mencerminkan hubungan harmonis dengan alam serta evolusi masyarakatnya.
Secara historis, Suku Pasemah, yang termasuk dalam Suku Basemah, berasal dari Sumatera Selatan dan memiliki keterkaitan kultural dengan suku Melayu dan Komering.
Mereka terutama terpusat di wilayah Kota Pagar Alam, Lahat, Muara Enim, dan Empat Lawang di Sumatera Selatan, serta di Provinsi Bengkulu, di mana mereka terbagi menjadi dua kelompok utama: Pasemah Kedurang dan Pasemah Padang Guci.
BACA JUGA:Heboh Pria Bercelurit Mengamuk di Belitang OKU Timur, Ternyata Alami Ini
BACA JUGA:Persiapan Pelantikan DPRD OKI Hampir Selesai, Gladi Kotor dan Gladi Bersih Digelar Hari Ini
Pasemah Kedurang terutama menetap di Kecamatan Manna, sementara Pasemah Padang Guci berasal dari daerah Lahat dan Tanjung Enim dan kini menyebar ke Kecamatan Manna, Kaur Utara, dan Kaur Tengah di Bengkulu.
Bahasa yang digunakan oleh Suku Pasemah, yaitu Bahasa Pasemah, termasuk dalam kelompok bahasa Melayu. Sebagian besar masyarakat Pasemah bekerja sebagai petani, mengelola kebun dan pertanian.
Daerah sekitar Gunung Dempo terkenal dengan produksi kopi, termasuk kopi Semendo, Kopi Lahat, Kopi Pagar Alam, dan kopi Empat Lawang yang sangat dihargai oleh para penikmat kopi.
BACA JUGA:Ketersediaan Pangan Terjaga di Lahat. Fokus pada Pengembangan Komoditas di Daerah Rentan
Selain kopi, mereka juga menanam berbagai jenis sayuran, menjadikan Kota Pagar Alam sebagai pusat produksi sayuran seperti kol, wortel, cabai, daun bawang, dan seledri.
Suku Basemah mempraktikkan dua sistem tradisi: matrilineal dan patrilineal. Marga Semende Darat mengikuti tradisi matrilineal, di mana garis keturunan dan hak kepemilikan harta diwariskan melalui pihak ibu.
Tradisi ini mencerminkan penghormatan mereka terhadap alam, yang dianggap sebagai ibu, dengan filosofi bahwa semua kekayaan alam berasal dari ibu dan kembali kepada ibu.