Kopi Sumsel Belum Punya Branding, Zain Ismed: 98 Persen Robusta, Potensi Belum Dimaksimalkan
Potensi Kopi Robusta Sumsel dan Dewan Kopi-foto: ist-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Menjadi Ketua Dewan Kopi Sumsel, Zain Ismed MBA, terus berusaha menyampaikan pentingnya mengangkat kopi Sumsel agar dikenal luas. Baik di tingkat domestik maupun internasional. Selama ini, Sumsel lebih dikenal dengan komoditas unggulan lain seperti padi, kelapa sawit, dan karet.
Padahal, Sumsel juga memiliki komoditas kopi sebagai salah satu andalan perkebunan. "Kopi adalah komoditas ketiga terbesar yang diusahakan masyarakat Sumsel. Namun, malah tidak menonjol seperti sawit dan karet," ujar Zain.
Dia menambahkan, kopi telah menjadi sumber kehidupan bagi sebagian petani di Sumsel. Hanya saja, potensinya belum dimaksimalkan. "Aceh terkenal dengan Kopi Gayo, Lampung ada Kopi Lampung. Mengapa Sumsel belum memiliki kopi yang dikenal luas? Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua, bukan hanya Dewan Kopi," tegas Zain.
Diungkapnya, sebagian besar kopi di Sumsel adalah jenis Robusta, yang ditanam secara turun-temurun. "Sebanyak 98 persen kopi yang diusahakan masyarakat adalah robusta. Hanya sekitar 2 persen sisanya jenis Arabika," beber dia.
Daerah utama penghasil kopi Robusta adalah OKU Selatan, Empat Lawang, Lahat, Semendo, dan Pagaralam. Sementara itu, Banyuasin dikenal dengan kopi dataran rendahnya, jenis Liberica. Dewan Kopi Sumsek dibentuk berdasarkan UU, yang mewajibkan setiap komoditas memiliki dewan pengurus.
BACA JUGA:Sumatera Selatan Memiliki 6 Indikasi Geografis Baru, Pemkab Muara Enim Mengembangkan Kopi Liberica
"Kami adalah mitra pemerintah dalam meningkatkan industri kopi di Sumsel. Dewan ini terdiri dari 21 asosiasi perkopian, termasuk AEKI yang merupakan asosiasi eksportir kopi dan ASKI," ungkapnya.
Meskipun kopi Sumsel telah tersebar luas hingga ke Lampung, Medan, Jawa, bahkan ke luar negeri, namun belum memiliki brand yang dikenal.
"Padahal kopi Sumsel memiliki cita rasa yang tidak kalah dengan kopi dari daerah lain. Keunikan inilah yang menjadi potensi besar untuk membranding kopi Sumsel," tambahnya. Branding menjadi kunci dalam dunia pemasaran.
"Branding sangat penting karena menjadi bagian dari pencitraan. Dengan branding yang kuat, kopi Sumsel bisa dikenal oleh pecinta kopi di seluruh dunia," kata Zain. Sejarah kopi di Sumsel dimulai pada masa VOC. Penanaman pertama kali di Batavia sekitar tahun 1700. Jenis Rrobusta diperkenalkan setelah Arabika dianggap kurang cocok ditanam di Batavia.
Selain memiliki cita rasa yang khas, kopi juga menyehatkan karena mengandung antioksidan tinggi yang dapat membantu melawan radikal bebas. "Namun, yang terbaik adalah minum kopi tanpa gula," jelasnya.
BACA JUGA:Ajak Masyarakat Ngopi Kopi Sumsel, Bareng Bank Sumsel Babel di Monpera Palembang