Anak Alami Diare, Ini Cara Mengatasinya
SAKIT : Anak mengeluhkan sakit perut dan sering mencret. Bisa jadi terkena penyakit diare. Foto : IST--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Diare adalah kondisi ketika frekuensi buang air besar (BAB) meningkat hingga tiga kali sehari atau lebih, disertai dengan tekstur feses yang cair atau encer.
Kondisi ini cukup umum dialami oleh semua kalangan, tak terkecuali anak-anak. Diare pada anak dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti keracunan makanan, gangguan usus, dan lain-lain.
Mari kenali lebih lanjut tentang gejala diare pada anak dan bagaimana cara mengatasinya.
Penyebab Diare Pada Anak
Diare pada anak umumnya terjadi karena infeksi kuman yang menyebar ke tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi. Anak rentan terserang kuman apabila daya tahan tubuhnya rendah, misalnya karena kekurangan asupan ASI eksklusif hingga usianya enam bulan.
Di samping itu, diare yang terjadi pada anak juga dapat disebabkan oleh keracunan makanan, alergi, gangguan penyerapan makanan, efek samping obat-obatan, hingga faktor perilaku dan lingkungan, seperti sanitasi yang buruk.
Gejala Diare Pada Anak
Selain meningkatnya frekuensi BAB, beberapa gejala lain yang biasanya menyertai diare pada anak, yakni perut kembung, mual dan muntah, demam, nafsu makan menurun, tubuh lemas dan tidak aktif seperti biasanya, nyeri perut dan kram.
BACA JUGA:Inilah 7 Manfaat Luar Biasa dari Senam Pagi yang Bikin Tubuh Sehat dan Bugar
Ketika mengalami diare, tubuh si kecil akan kehilangan cairan dan elektrolit lebih cepat dikarenakan saluran cerna kesulitan menyerap air dan meningkatnya cairan yang keluar bersama feses. Itulah sebabnya, diare yang tidak segera diatasi dapat memicu kondisi dehidrasi.
Perlu diketahui, anak-anak lebih rentan terkena dehidrasi saat diare dibandingkan dengan orang dewasa. Adapun beberapa gejala dehidrasi pada anak saat diare adalah sebagai berikut:
Kehausan atau enggan minum sama sekali.
Tubuh terasa dingin saat disentuh.
Mudah mengantuk dan lemas.
Bibir kering.
Mata cekung.
Jumlah urine sedikit.
Warna urine menjadi lebih pekat atau kecokelatan.
Tidak keluar air mata saat menangis atau hanya keluar sedikit.
Derajat Dehidrasi Diare Pada Anak
Berdasarkan derajat keparahannya, dehidrasi pada diare dibedakan menjadi tiga jenis. Berikut masing-masing penjelasannya.
BACA JUGA:Yuk Kenali, Ini 6 Manfaat Susu Kedelai dan Efek Sampingnya Bagi Kesehatan
1. Tanpa Dehidrasi
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi cenderung tetap aktif beraktivitas secara normal, mampu minum seperti biasanya, mata tidak tampak cekung, dan frekuensi buang air kecilnya normal.
Meski begitu, kebutuhan cairan tubuh anak tetap perlu diperhatikan. Berikan ASI, makanan, atau susu formula yang biasa dikonsumsi anak serta cairan oralit 5–10 mililiter setiap kali diare kambuh. Pada kondisi tanpa dehidrasi ini, anak hanya akan kehilangan cairan <5% dari berat badan.
2. Dehidrasi Ringan-Sedang
Jika diare disertai dengan dehidrasi ringan-sedang, anak akan terlihat kehausan dan frekuensi buang air kecil pada anak juga berkurang. Selain itu, anak juga bisa mengalami gejala lain, seperti kekenyalan kulit (turgor) menurun, mata cekung, dan bibir kering.
Apabila hal ini terjadi, sebaiknya orang tua segera membawa si kecil ke fasilitas kesehatan terdekat atau rumah sakit agar mendapatkan penanganan yang tepat dari dokter. Pada kondisi dehidrasi ringan-sedang ini, anak bisa kehilangan cairan 5–10% dari berat badan.
3. Dehidrasi Berat
Ketika sudah mengalami dehidrasi berat, anak akan merasakan gejala-gejala pada dehidrasi ringan-sedang disertai dengan menurunnya kesadaran, tubuh menjadi sangat lemas, serta denyut nadi dan laju pernapasan meningkat. Pada kondisi ini, anak perlu mendapatkan cairan infus di rumah sakit secepatnya karena anak bisa kehilangan cairan >10% dari berat badannya.
BACA JUGA:Bunda Harus Tahu Nih! Begini Cara Mengatasi Anak yang Hobi Coret Dinding
Cara Mengatasi Diare pada Anak
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi diare pada anak-anak secara mandiri di rumah, terutama mencegah dehidrasi adalah sebagai berikut:
Memastikan kebutuhan cairan anak terpenuhi dengan memberikan cairan oralit dan ASI (terutama pada anak di bawah usia 6 bulan).
Memberikan suplemen zinc selama 10 hari berturut-turut. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki lapisan usus yang mengalami kerusakan akibat diare.
Hindari memberikan obat-obatan ke anak tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Memberikan anak makanan yang mudah dicerna, seperti pisang, pasta, telur, kacang hijau, kentang, dan sebagainya.
Diare yang tergolong ringan, misalnya karena infeksi virus umumnya akan sembuh dengan sendirinya setidaknya dalam waktu tiga hari. Sementara itu, diare yang disebabkan oleh infeksi parasit atau bakteri biasanya membutuhkan pengobatan medis, misalnya obat-obatan antibiotik dan antiparasit.
Cara Mencegah Diare Pada Anak
Kasus diare yang menyerang anak-anak di Indonesia masih cukup tinggi. Jadi, sebagai langkah atau upaya pencegahan diare pada anak, berikut adalah beberapa pencegahan yang bisa dilakukan.
Mengajarkan anak agar terbiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah memegang benda kotor, dan setelah buang air kecil atau air besar.
Pemberian vaksin rotavirus untuk anak sebanyak 3 dosis pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
Memastikan makanan dan cairan yang dikonsumsi anak sudah matang dan terjaga kebersihannya.
Mencukupi kebutuhan ASI eksklusif pada anak, setidaknya hingga berusia dua tahun agar daya tahan tubuhnya kuat.
Memberikan makanan sehat dengan gizi seimbang serta bermanfaat bagi kesehatan sistem pencernaannya.
Anjuran Makan Untuk Anak Dengan Diare
Pemberian makanan pada anak yang dianjurkan ketika anak sedang mengalami diare adalah sebagai berikut :
Apabila anak masih mengonsumsi ASI, berikan ASI lebih sering dan lebih lama pada pagi, siang, dan malam.
Apabila anak sudah mendapatkan susu selain ASI, ibu bisa mengurangi pemberian susu lain dan meningkatkan asupan ASI pada si kecil. Ibu dapat memberikan bubur nasi dan tempe sebagai pengganti susu formula. (*)