Mau Tenang, Jauhi Debat Ini!
Ilustrasi artikel Mau Tenang, Jauhi Debat Ini-Foto:Ist-
SUMATERAEKSPRES.ID - Ada sebuah hikayat, menengenai debat. Diantaranya cerita Harimau dan Keledai berdebat tentang warna rumput.
Menurut harimau rumput itu hijau. Sedangkan Keledai adalah rumput itu biru. Masalah kemudian berakhir di pengadilan. Sang Hakim yang bijaksana justu menghukum Harimau.
Sang Hakim menjelaskan memang benar, rumput itu berwarna hijau, namun aku menghukummu karena kesalahan lainnya.
Pertama, engkau telah menghabiskan waktu untuk berdebat dengan makhluk bodoh. Kedua, engkau tidak meyakini pengetahuanmu yang benar. Dan ketiga, engkau telah menyita waktuku untuk masalah yang tidak penting.
BACA JUGA:Bolehkah Berdoa yang Buruk bagi Pengguna Knalpot Brong? Begini Hukumnya dalam Islam
BACA JUGA:Apa Pendapat Ulama tentang Bermain Sepak Bola dengan Celana Pendek? Ini Jawabannya!
Dari hikayat, terkandung bahwa berdebat dengan hal kecil justru menjerumuskan kita ke lobang yang besar.
Lalu sebagai umat muslim, bagaimana menyikapi debat itu. Melansir muhammdyah.or.id. Menurut Wikipedia, debat merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik perseorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan/atau juga perbedaan.
Jika dikelompokkan, setidaknya ada 3 (tiga) macam debat, yakni mira’, jadal dan khusumah. Mira’ adalah setiap bantahan atas ucapan orang lain dengan cara menampakkan, baik pada kalimat, makna, atau maksudnya, untuk menunjukkan keunggulan dirinya. Jadal adalah menyebutkan kelemahan pendapat orang lain dalam rangka mengukuhkan pendapatnya sendiri, membungkam lawan bicara dengan menunjukkan kesalahan ucapannya dan menisbatkan kebodohan kepadanya. Sedangkan, khusumah adalah ucapan yang keras demi mendapatkan harta atau hak.
Di antara ketiganya, mira’ dan jadal biasanya berakibat pada sikap menyakiti orang lain. Dengan demikian, keduanya (mira’ dan jadal) dapat membangkitkan nafsu amarah dan membela pendapatnya masing-masing dengan cara benar atau salah. Apabila ada dua orang yang berdebat, ibarat orang yang sedang berkelahi. Masing-masing saling berusaha merobohkan lawannya setelak mungkin. Jika satu pihak berhasil merobohkan pihak lain, seolah-olah ada kepuasan tersendiri dalam dirinya.
BACA JUGA:Bisa Bikin Panjang Umur! Daun Sambung Nyawa Memiliki 7 Manfaat Luar Biasa untuk Kesehatan Tubuh
BACA JUGA:Gelar Aksi Sosial dan Budaya, Peringatan Hari Lahan Basah Dunia
Kita seringkali menjumpai contoh-contoh mira’ berbentuk bantahan terhadap pendapat orang lain, meskipun terkait dengan hal-hal yang sepele. Di antara contoh-contoh mira’ adalah sebagaimana berikut: Pertama, kritik atas kalimatnya dengan cara menampakkan kesalahan tata bahasa dan/atau penempatannya. Contoh dari kritik ini bisa dilihat dari ungkapan seseorang yang mengatakan: “Jika ngomong jangan muter-muter seperti benang ruwet”. Kedua, bantahan atas makna argumentasi yang disampaikan seseorang. Contoh atas hal ini dapat dilihat dalam pernyataan berikut: “apa yang Anda katakan salah, tidak sesuai dengan fakta yang saya ketahui”. Ketiga, bantahan atas maksudnya. Contoh dari bantahan ini dapat dilihat dalam pernyataan berikut: “yang Anda katakan memang benar, tetapi apa maksud sesungguhnya di balik perkataan Anda? Saya curiga ada maksud-maksud tersembunyi!”.
Hal-hal yang Mendorong Perdebatan