Tanda-tanda Sudah Muncul, BMKG Ingatkan Pemerintah Soal Ancaman Ini
RAPAT KOMISI V DPR: Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, saat rapat dengan Komisi V DPR RI, Rabu (8/11). FOTO:NET--
BACA JUGA:Telusuri Penyebab Kebakaran, Api di Punti Kayu Diduga Berasal dari Puntung Rokok
"Padahal, bukit Kototabang itu di tengah hutan, tidak di Jakarta, tidak ada polusi. Sehingga bisa di bayangkan, di tengah hutan pun konsentrasi CO2 di kota pun sudah melompat. Hal ini mengakibatkan selubung gas rumah kaca di atmosfer," terangnya.
Selubung gas rumah kaca itu menghambat terlepasnya radiasi matahari kembali ke angkasa.
“Selama puluhan tahun radiasi itu tidak kembali ke angkasa karena CO2 gas rumah kaca," jelas Dwikorita.
Akibatnya, sejumlah efek diprediksi akan melanda bumi, termasuk Indonesia.
BACA JUGA: Operasi Pasar Hingga Harga Beras Turun, 24 Koperasi Siap Pasok Beras SPHP
BACA JUGA:Support Pemda, Bulog Sumsel Siapkan Beberapa Pangan Selain Beras
"Itu lah kondisinya. Dampaknya, es puncak Jayawijaya diprediksi akan punah tahun 2025. Dan, cuaca ekstrem semakin sering terjadi," ungkapnya.
Untuk itu, BMKG melakukan pelatihan adaptasi perubahan iklim, meningkatkan literasi iklim untuk masyarakat.
“Serta memperluas penerapan transformasi energi dari energi fosil ke nonfosil," pungkas Dwikorita.
Buwas Usulkan Bea Masuk Impor Beras 1,5 Juta Ton Dibebaskan
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas mengusulkan agar bea masuk impor beras sebanyak 1,5 juta ton dibebaskan.
Hal ini agar harga beras di masyarakat bisa lebih murah.
Alasan Buwas, karena saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sedang tinggi.
Sehingga itu akan berimbas pada harga barang impor yang menjadi lebih mahal.