Pilih Child Free, Timbang Dulu Baik Buruknya
CHILD FEREE: Cinta Laura, salah satu artis perempuan Indonesia yang memilih child free.--linked in Cinta Laura
SUMATERAEKSPRES.ID- Fenomena Child Free, sempat menghebohkan jagat nusantara.
Hal ini cukup wajar mengingat child free ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat Indonesia.
Memilih hidup dengan mempertahankan kehidupan dengan memiliki keturunan adalah hak asasi manusia.
Begitu pula bagi wanita atau pasangan yang memilih untuk tidak ingin memiliki anak dalam pernikahan (child free).
Hal tersebut adalah pilihan, meski bertentangan dengan norma sosial dan agama.
Fenomena child free menjadi trend yang meningkat di Eropa hingga menyebar ke Indonesia.
Bahkan, beberapa artis tnah air menyebut memilih child free dengan berbagai alasan.
Sebut saja Rina Nose, Anya Dwinov, Cinta Laura, Chef Juna dan Gita Savitri.
BACA JUGA:Pasutri Wajib Tahu, Ini 7 Alat Kontrasepsi Untuk Mengatur Kehamilan
BACA JUGA:Wanita Harus Tahu Nih, Empat Resiko Berat Badan Berlebih Saat Hamil
Cinta Laura dalam Youtube The Hermansyah menyebut,
“Dunia yang kita huni saat ini sudah over populasi. Sudah terlalu banyak manusia yang tinggal di dunia ini. Tapi aku mau mengadopsi anak yang mungkin dia tidak punya siapa-siapa yang bisa menjaga mereka," ujarnya dikutip dari channel YouTube The Hermansyah A6, pada 8 Agustus 2021.
Sementara, Influencer Gita Savitri mengaku, tidak punya rencana dan keinginan untuk jadi seorang ibu.
Dan ini juga merupakan kesepakatannya dengan sang Suami.
“Kami tidak ada rencana punya anak. Gue enggak pernah ada keinginan menjadi ibu. Terus, gue juga enggak punya kewajiban untuk bearing a child,” ujarnya dikutip dari channel YouTube pribadinya, Gita Savitri Devi.
Sementara Chef Juna mengaku, tidak ingin memiliki anak.
Ia punya latar belakang keluarga broken home.
Karena itu, dia menegaskan, menikah dan mempunyai anak bukan prioritas utama dalam hidupnya.
Istilah childfree mulai trend di awal tahun 2020 setelah beberapa publik figur memutuskan untuk child free).
Dalam Oxford Dictionary disebutkan, child free adalah suatu istilah yang digunakan untuk menekankan kondisi tidak memiliki anak karena pilihan.
Senada, Cambridge Dictionary juga mendefenisikan hal yang sama. Apabila dilihat menggunakan kerangka feminist, maka childfree merupakan otoritas perempuan untuk mengendalikan tubuhnya sendiri dan menentukan jalan hidupnya sendiri.
Topik childfree sedang menjadi trend media sosial. Padahal istilah pertama kali menggunakan kata childfree atau childless dalam sebuah publikasi di Jurnal Marriage & Family Review.
Kata tersebut dipakai untuk menyebut orang tua yang belum memiliki anak (mengalami kemandulan) atau orang tua yang enggan memiliki anak.
Dan kini, istilah childfree lebih erat dengan pilihan seorang wanita yang enggan untuk memiliki seorang anak setelah menikah.
Ini berkembang setelah beberapa pesohor wanita menyatakan bahwa mereka memilih untuk childfree.
BACA JUGA:Ini 3 Alasan Calon Mama Sebaiknya Pilih Metode Persalinan ERACS
BACA JUGA:4 Waktu USG yang Tepat Bagi Bumil, Yang ke 4 Wajib Dilakukan
Memilih untuk tidak menjalankan fungsi reproduksi secara sepenuhnya.
Pada dasarnya fungsi reproduksi berupa menstruasi (haid), mengandung (hamil), melahirkan, dan menyusui hanya dimiliki oleh wanita.
Pria tidak memiliki fungsi-fungsi tersebut.
Hal tersebut lah yang membedakan kodrat wanita dengan pria.
Lalu, bila ada wanita yang memilih childfree, maka hal ini pastnya dianggap berlawanan dengan kodratnya sebagai orang wanita.
Memilih child free cenderung menempatkan perempuan di luar batasan harapan sosial budaya yang didukung oleh pronatalis.
Pronatalisme berarti bahwa wanita yang memilih untuk tidak melahirkan anak dipandang sebagai tantangan terhadap peran alami wanita dan menolak esensi mendasar dari identitas feminin di masyarakat.
Dalam sebuah penelitian disebutkan, orang yang tidak memiliki anak secara suka rela (childfree) dinilai lebih negatif oleh masyarakat daripada orang yang tidak subur atau yang tidak memiliki penjelasan untuk tidak memiliki anak.
Hegemoni pronatalis yang sangat melekat pada perempuan menyebabkan pilihan untuk tidak memiliki anak selain alasan infertilitas mendapat banyak penolakan.
Hal ini pula sangat melekat pada perempuan menyebabkan pilihan untuk tidak memiliki anak selain alasan infertilitas mendapat banyak penolakan.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa perempuan tanpa anak secara sukarela mayoritas memiliki pendidikan yang baik, dengan sedikit waktu luang dan memiliki prioritas lain, seperti hubungan dan karir.
Selain childfree, ada pula istiah childless yang maknanya hampir sama dengan childfree.
Childless ialah kondisi perempuan yang tidak memiliki anak disebabkan infertilitas (kemandulan).
Childless tidak menimbulkan banyak kontroversi di kalangan ilmuan akademik dan agamis karena kondisi tersebut tidak dapat dihindari atau bersifat permanen (biologis), dalam artian bukan sebuah pilihan, sehingga menjadi suatu kekecualian.
Beda dengan childfree, yang pertimbangan untuk tidak memiliki anak bukan disebabkan faktor biologis (infertilitas).
Perempuan yang memilih childfree bisa muncul dengan berbagai pertimbangan karena alasan finansial atau ekonomi, sosial, psikologi dan lain-lain.
Penelitian di Australia menunjukkan, wanita Australia berusia 22 hingga 27 tahun mengungkapkan bahwa 9,1 persen keinginan untuk childfree.
Wanita yang memilih untuk childfree adalah kelompok yang relatif baru dan berkembang di negara-negara industri karena munculnya kontrasepsi, peningkatan partisipasi tenaga kerja dan pengurangan perbedaan kekuatan peluang pekerjaan berdasarkan jenis kelamin.
Perubahan pola dalam perilaku perkawinan di beberapa negara salah satunya Amerika Serikat juga memilih gaya hidup tanpa anak mewakili perubahan lain dalam dalam komposisi keluarga dan menjadi trend baru.
Berbeda dengan negara-negara lain, Jepang mengalami penurunan angka kelahiran sejak pertengahan 1970-an dan pada tahun 1990-an dikaitkan dengan peningkatan angka lajang pada usia 20 - 30 tahun.
Pernikahan dan melahirkan anak masih sangat terkait erat di negara ini. Wacana yang gigih dan meresap dari pejabat, media, dan elit intelektual Jepang berusaha membujuk laki-laki dan perempuan yang lajang untuk mengikuti peran gender tradisional.
Pemerintah Jepang khawatir akan masa depan negaranya bila angka pernikahan dan kelahiran terus menurun.
Semua pilihan hidup yang pastinya memiliki konsekuensi.
Namun terkadang, konsekuensinya akan lebih buruk bila pilihan yang diambil tidak sejalan dengan kodrat.
BACA JUGA:Begini Caranya Agar Anak Tak Pilih-Pilih Makanan
BACA JUGA:Kunci Sukses Membiasakan Anak Membaca Sejak Dini
Begitu pula pada wanita yang memilih childfree.
Pesohor-pesohor wanita yang memilih childfree memang merasa bahwa keputusan tersebut adalah pilihan hidup yang lebih baik dengan berbagai alasan.
Namun, benarkah demikian? Apakah pernikahan tanpa memiliki anak adalah kehidupan yang lebih baik?
Anak-anak dapat menghadirkan tawa dan cinta, tetapi terkadang juga menyebabkan kelelahan, kekhawatiran, frustrasi, dan sakit hati bagi orang tua yang merawat mereka.
Sementara beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang memilih childfree merasa memiliki pernikahan yang lebih bahagia.
Mereka juga merasa kepuasan pernikahan menurun ketika seorang bayi lahir.
Pasangan childfree juga cenderung mendapatkan skor yang lebih baik pada pengukuran terkait dengan kesehatan mental.
Dalam sebuah ulasan yang diterbitkan pada jurnal Annals of Agricultural and Environmental Medicine mendukung peningkatan kesehatan mental pada wanita yang tidak memiliki anak di Polandia.
Penelitian mereka menyimpulkan bahwa wanita yang memilih untuk tidak memiliki anak memiliki kualitas hidup dan persepsi kesehatan pribadi yang lebih baik.
Meskipun demikian, tidak semua penelitian menunjukkan dampak baik childfree terhadap kesehatan fisik dan mental.
Sebuah penelitian lainnya pada wanita di Australia menunjukkan hasil yang berlawanan.
Wanita yang memilih childfree memiliki risiko yang lebih besar mengalami kesehatan fisik dan mental yang buruk dibandingkan dengan wanita yang memiliki anak.
Peneliti juga beranggapan bahwa kesehatan wanita yang tidak memiliki anak pada usia suburnya mungkin berdampak terhadap kesehatan jangka panjang.
Beberapa penelitian di Republik Rakyat Tiongkok, Amerika Serikat, dan Kanada menunjukkan bahwa wanita tanpa anak akan mengalami kesepian, depresi, dan tekanan psikologi yang lebih besar pada usia lanjut.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dampak buruk childfree terhadap kesehatan mental cenderung muncul pada usia tua.
Nyatanya, setiap kondisi dalam kehidupan selalu mempunyai dua sisi.
Ada sisi buruk dan sisi baik.
Termasuk bukti penelitian yang saling bertentangan tentang kesehatan fisik dan mental pada wanita yang memilih childfree.
Begitu pula dengan risiko terkait kesehatan di masa tua.
Berbagai penelitian mengungkapkan penyakit-penyakit tertentu terbukti lebih mungkin dialami oleh wanita yang tidak memiliki anak hingga akhir hayatnya.
Terutama risiko mengalami penyakit kanker pada wanita.
BACA JUGA:Seputar Kanker Payudara, Cara Mendeteks hingga Pencegahannya
BACA JUGA:Cegah Kanker Serviks, Gejala Ini Yang Patut Diwaspadai
Penelitian-penelitian epidemiologi telah menempatkan faktor fungsi reproduksi wanita sebagai faktor yang paling erat kaitannya dengan kemunculan beberapa kanker yang paling sering dialami oleh wanita yaitu kanker payudara, endometrium (lapisan dalam rahim), dan kanker ovarium (indung telur).
Wanita yang tidak pernah melahirkan dan menyusui anak cenderung lebih mungkin mengalami kanker payudara, endometrium, dan kanker ovarium dibandingkan dengan wanita yang memiliki anak.
Wanita yang memilih childfree tentu tidak akan mengalami fungsi kehamilan, melahirkan, dan menyusui.
Padahal ketika seorang wanita mengalami fungsi-fungsi tersebut secara alami proses hormonal pada tubuh akan mengalami perubahan.
Perubahan tersebut dapat mengurangi risiko kanker payudara.
Kehamilan juga akan menyebabkan penurunan jumlah total siklus pelepasan sel telur dari indung telur (ovulasi) yang erat kaitannya dengan penurunan risiko kanker ovarium.
Demikian pula dengan lapisan endometrium dalam rahim.
Endometrium sangat sensitif akan lingkungan hormonal.
Ketika seorang wanita mengalami kehamilan, lapisan endometrium akan terpapar dengan hormon estrogen dan progesteron.
Paparan hormonal tersebut telah terbukti mengurangi risiko kanker endometrium.
Wanita yang tidak memiliki anak lebih mungkin mengalami kanker payudara, ovarium, dan endometrium.
Selain itu, wanita usia tua tanpa anak juga cenderung akan mengalami kematian yang lebih cepat.
Data dari Japan Collaborative Cohort Study menemukan bahwa wanita tanpa anak berusia 40 tahun atau lebih memiliki tingkat kematian yang tinggi akibat semua penyebab kematian dibandingkan dengan wanita dengan anak.
Peningkatan risiko kematian juga terjadi akibat kanker rahim, ovarium, dan kanker serviks.
Jadi, pilihan untuk tidak memiliki anak akan cenderung memberikan risiko kesehatan yang buruk pada wanita di masa tua.
Dari berbagai ulasan di atas tentunya sebuah pilihan kembali kepada kita, dengan segala risiko konsekuensi yang akan terjadi baik dari sisi positif atau sisi negatif.
Namun, perlu penelitian lebih dalam lagi untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari fenomena childfree yang ada saat ini. (berbagai sumber)