Tak Terjangkau Damkar, Rumah Jadi Arang

MURATARA - Sebuah rumah panggung di RT 08, Kelurahan Muara Kulam, Kecamatan Ulu Rawas, Kabupaten Muratara, Minggu pagi (4/6), sekira pukul 07.45 WIB terbakar. Rumah itu diketahui milik Zulkarnain alias Zul yang dihuni bersama istri dan tiga orang anaknya. Saat kejadian, pemilik rumah sedang di warung manisan yang berada di bagian bawah rumah. Begitu mengetahui api sudah membesar, pemilik rumah berhamburan keluar warung dan berteriak histeris minta tolong. Teriakan korban membuat warga sekitar terkejut dan berupaya memadamkan api dengan alat seadanya. Mereka bergotong royong memadamkan api dengan cara menyiramkan air menggunakan ember. "Saat saya tiba di lokasi kejadian, api sudah besar," kata Abdurahman, salah seorang saksi mata kejadian itu kemarin. Dia mengatakan, kemungkinan penyebab kebakaran akibat korsleting listrik. Api berhasil dipadamkan sekitar pukul 09.00 WIB.

"Warga berjibaku memadamkan api dengan menyiram air menggunakan ember. Tidak ada pemadam kebakaran karena jauh dari jangkauan," ceritanya.
Dia mengatakan, satu unit rumah ludes terbakar. Tinggal menyisakan kerangka saja. "Rumah habis, barang-barang nyaris tak tersisa karena api terlampau besar," tuturnya lagi. Dia juga melaporkan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebakaran tersebut. "Tapi keluarga korban masih shock," ungkapnya. Sementara itu, Lurah Muara Kulam, Sayuti, membenarkan peristiwa tersebut. Dia mengatakan yang terbakar hanya satu rumah. "Rumah kiri kanan alhamdulillah tidak ikut terbakar," ungkapnya. Hanya segelintir barang toko manisan yang berhasil diselamatkan warga. "Kerugian korban sekitar Rp70 juta," ungkap Lurah. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Muratara, H Zaenal Arifin mengungkapkan, faktor klasik korsleting arus listrik menjadi pemicu utama bencana di Muratara. Menurutnya mayoritas rumah warga masih menggunakan instalasi jaringan listrik di bawah standar. Seperti penggunaan kabel serabut untuk jaringan arus listrik induk di dalam rumah.
"Ketika terlalu lama digunakan dan tegangan tinggi, kabel serabut yang dijadikan jaringan induk ini bisa putus dan menimbulkan percikan api. Kasus ini yang biasanya kita temukan di rumah warga yang kebakaran di Muratara," katanya.
Menurutnya, penggunaan instalasi listrik di bawah standar dulunya sangat umum di wilayah Kabupaten Muratara. Karena dianggap lebih mudah didapat dan harganya cukup murah dan terjangkau. "Tapi kabel seperti ini tidak tahan dengan waktu. Dalam waktu sekian tahun, dia bisa lapuk dan terbakar," timpalnya. H Zaenal Arifin menyarankan, agar masyarakat mengganti atau memasang instalasi listrik standar, khusus untuk bagian di dalam rumah. "Ganti dengan intalasi kabel tunggal yang standar, untuk rumah itu standarnya ukuran 2,5 atau 1,5 mm. Supaya lebih safety dan tidak terjadi korsleting listrik," bebernya. Selain itu kata dia, mayoritas bangunan rumah milik warga Muratara terbuat dari bahan baku kayu. Sehingga saat cuaca panas atau musim kemarau, jika terjadi kebakaran mudah menjalar dan membesar. Selain itu, faktor permukiman yang rata-rata berada di seberang aliran sungai, juga menjadikan penanganan kasus kebakaran di wilayah ini semakin kurang maksimal. "Karena permukiman di seberang aliran sungai rata-rata pakai jembatan gantung dan mobil damkar tidak bisa masuk untuk membantu. BPBD sudah menyarankan, agar seluruh desa menganggarkan alat penyemprot portabel agar bisa memberikan bantuan jika terjadi kasus kebakaran," bebernya. (lid/zul)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan