Sumatera Ekspres | Baca Koran Sumeks Online | Koran Sumeks Hari ini | SUMATERAEKSPRES.ID - SUMATERAEKSPRES.ID Koran Sumeks Hari ini - Berita Terhangat - Berita Terbaru - Berita Online - Koran Sumatera Ekspres

https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Mitsubishi baru

Statistika, No Ribet, No Hapalan: Jurus 'CERR' Ubah Data Jadi Aksi Solutif

Devi Mardhiyanti, Sebagai seorang guru matematika, "Statistika bukan hanya rumus, tapi alat untuk aksi! Dengan metode CERR, siswa belajar dari data untuk menciptakan perubahan nyata. Dari angka ke bukti, mereka berbicara dengan data! Foto:Ist--

SUMATERAEKSPRES.ID -  Sebagai guru Matematika, saya sering menyaksikan betapa mata pelajaran ini khususnya Statistika terjebak dalam stigma "hanya hapalan rumus dan hitungan".

Murid saya cekatan menghitung mean, median, dan modus.Namun, keterampilan ini hanya di permukaan.

Mereka mahir dengan angka, tetapi “lumpuh” dalam menarik kesimpulan kritis dan membuat keputusan berbasis data.

Rata-rata nilai pada pembelajaran sebelumnya hanya 56 dan tragisnya, 73,3% murid mampu berhitung namun, gagal menafsirkan data dan membuat argumen logis.

Angka menjadi objek mati dan terisolasi dari konteks kehidupan nyata mereka.

Inilah tantangan mendasar yang saya hadapi: menjembatani jurang antara kecakapan menghitung dengan kemampuan penalaran kritis berbasis bukti.

BACA JUGA:Tanamkan Belajar Kreativitas dan Peduli Sosial, Kolaborasi GenBI UIN Raden Fatah dan SAN Palembang

BACA JUGA:Telusuri Dugaan Pelanggaran saat TKA

Saya ingin mengubah Statistika menjadi alat yang hidup, yang mampu menyentuh isu-isu nyata di sekitar murid, baik di sekolah maupun di asrama.

CERR: Jembatan Kokoh Menghubungkan Angka dan Argumen Kritis

Untuk menjawab tantangan ini, saya mengimplementasikan Pembelajaran Mendalam dalam topik ukuran pemusatan data dengan metode CERR (Claim, Evidence, Reasoning, Reflection).

Metode ini saya jadikan jembatan kokoh yang menghubungkan angka Statistika dengan argumentasi kritis dan aksi solutif.

Sebelumnya, murid telah saya tantang untuk mengidentifikasi satu masalah nyata di lingkungan sekolah atau asrama yang datanya dapat diukurdan mengumpulkan minimal 40 sampel data.

Ini bukan tugas pasif.Ini adalah upaya menumbuhkan kesadaran dan rasa kepemilikan terhadap isu.

BACA JUGA:Perluas Akses Pendidikan Melalui Sekolah Rakyat, Kemdiktisaintek dan Kemensos Jalin Sinergi

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan