Belum Merata Fasilitas, Pengaruhi Rendahnya Literasi: Dosen FISIP Unsri Gagas Program “SUDUT PINTAR”
Belum Merata Fasilitas, Pengaruhi Rendahnya Literasi: Dosen FISIP Unsri Gagas Program “SUDUT PINTAR” untuk Desa-Foto: IST-
SUMATERAEKSPRES.ID – Rendahnya tingkat literasi di wilayah pedesaan masih menjadi pekerjaan rumah besar di Indonesia. Minimnya fasilitas pendidikan, rendahnya minat baca, serta meningkatnya penggunaan gawai menjadi tantangan tersendiri bagi generasi muda.
Melihat kondisi ini, tim dosen dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sriwijaya (Unsri) berinisiatif menghadirkan solusi nyata melalui program SUDUT PINTAR (Sudut Edukasi dan Literasi Pintar) di Desa Tanjung Baru Ranau, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan bagian dari pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi, dengan skema pemberdayaan masyarakat. Tim diketuai oleh Dr. Martina, M.Si, bersama anggota Trecy Austin, S.IP., M.Si., Rahmat Rafinzar, S.IP., M.AP., Irsad Munawir, M.Si., dan Larasati Chairani, M.Si., yang seluruhnya merupakan dosen dari Program Studi Administrasi Publik FISIP Unsri.
Menurut Irsad Munawir, M.Si, selaku narasumber kegiatan, program ini bertujuan meningkatkan literasi bagi generasi muda di Desa Tanjung Baru Ranau. “Melalui SUDUT PINTAR, kami ingin mendorong anak-anak dan remaja desa agar gemar membaca, berpikir kritis, dan produktif di tengah derasnya arus digitalisasi,” ujarnya saat ditemui di Kampus FISIP Unsri Bukit Palembang.
BACA JUGA:Dosen Fakultas Pertanian Unsri Kembangkan Program Pekarangan Pangan Lestari
BACA JUGA:Ekspor Perdana Produk UMKM Sumsel Tembus Pasar New Zealand, Bukti Nyata UMKM Naik Kelas
Kegiatan ini digelar di Balai Desa Tanjung Baru Ranau dan dihadiri lebih dari 60 peserta, termasuk kepala desa, perangkat desa, tokoh masyarakat, pemuka agama, pemuda karang taruna, serta perwakilan warga setempat.
Irsad menjelaskan, tingkat literasi di Indonesia masih tergolong rendah berdasarkan data Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2022. Indonesia menempati urutan ke-69 dari 80 negara, dengan kesenjangan yang cukup besar antara siswa di perkotaan dan pedesaan. Siswa di desa kecil hanya mencapai skor 341,94, sedangkan di kota besar mencapai 394,066.
“Perbedaan ini disebabkan antara lain oleh belum meratanya fasilitas pendidikan, rendahnya akses terhadap bahan bacaan, serta meningkatnya ketergantungan terhadap media sosial dan permainan digital seperti TikTok, YouTube, dan Mobile Legends,” jelasnya.
BACA JUGA:Kejari Muba Tegaskan Deadline Ganti Rugi Jembatan P6 Lalan Hingga 21 November 2025
BACA JUGA:Kementerian ATR/BPN Kembali Raih Top GPR Award 2025, Bukti Konsistensi dalam Komunikasi Publik
Berangkat dari keprihatinan itu, tim dosen Unsri menggagas SUDUT PINTAR sebagai ruang belajar dan membaca yang inklusif dan menyenangkan bagi anak-anak dan remaja desa. Program ini tidak hanya menghadirkan rak buku dan bacaan menarik, tetapi juga kegiatan kreatif seperti kelas menulis cerita pendek, reading corner sore hari, serta pelatihan literasi digital untuk remaja.
Menurut Trecy Austin, S.IP., M.Si., keberhasilan program ini sangat bergantung pada kolaborasi lintas generasi. “Kami melibatkan pemerintah desa, karang taruna, mahasiswa, dan tokoh masyarakat. Remaja dilatih menjadi relawan tutor untuk membimbing adik-adik mereka membaca dan memahami isi bacaan,” ujarnya.
Selain menumbuhkan budaya literasi, program ini juga mengajarkan nilai-nilai tanggung jawab, rasa ingin tahu, dan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan. Melalui kegiatan ‘Satu Buku Satu Cerita’, peserta diajak untuk menceritakan kembali isi buku dengan gaya mereka sendiri—melatih kemampuan berkomunikasi dan menumbuhkan rasa percaya diri.
