*Wong Sumsel yang Ramadan di Luar Negeri (14) Berpuasa di Pakistan, suasananya kurang lebih sama dengan Tanah Air. Namun, ada beberapa tradisi yang berbeda. Termasuk budayanya. Abe Indah Kurnia, asal Palembang, menjalani itu karena dia saat ini menetap di sana. Bersama keluarga sang suami.
Tinggal di Pakistan berikan pengalaman baru bagi Abe, panggilan akrabnya. Sebuah negara yang mayoritas penduduknya muslim, seperti Indonesia. Saat bulan suci Ramadan seperti ini, suasananya sama dengan Tanah Air.Di sana, dia bersama mertua dan iparnya, di Kota Lahore daerah bagian Timur laut Pakistan. Sedangkan sang suami masih berada di Kanada, karena punya dua kewarganegaraan. “Karena baru, kemudian jalani puasa di sini, tentu banyak penyesuaian dan adaptasi. Sedikit banyak adalah kendala. Alhamdulillah, vibe-nya sama seperti di Indonesia,” ungkap wanita kelahiran Palembang, 14 Juli 1996 itu.
Abe merupakan seorang make up artist (MUA). Kemudian dia menikah dengan sang suami asal Pakistan. Untuk sementara, dia jadi ibu rumah tangga dulu. “Mungkin nanti akan melanjutkan profesi MUA di sini,” imbuhnya.Kesibukan Abe sekarang belajar masak dan mengenal budaya Pakistan. Harapan sang suami, ketika mereka nanti tinggal bersama di Kanada, minimal sudah tahu seperti makanan dan budaya Pakistan. BACA JUGA : Harta Kekayaan Ismail Rp5,5 M Di Pakistan, tidak ada pasar beduk atau bazar Ramadan seperti tradisi di Indonesia saat bulan suci Ramadan. Orang-orang di sana lebih suka keluar malam. Sedangkan di Indonesia saat malam restoran tutup dan akan buka lagi ketika sahur.
“Tapi mereka di sini justru ramai. Nongkrong malam, sampai jam 1 atau jam 2. Jalan, taman dan lainnya ramai. Bahkan mereka tidak tidur sampai waktu sahur,” tutur anak pertama dari dua bersaudara pasangan Romlan K Umar (almarhum) dan Evi Salvidar ini. Kemudian untuk Tarawih, jika di Indonesia setiap masjid dan musala, ramai jemaah wanita yang ikut.Tapi tidak dengan di Pakistan. Di sana, aktivitas salat Tarawih, Subuh dan lainnya di masjid hanya untuk kaum laki-laki atau rata - rata laki-laki. "Budaya di sini mirip dengan Arab, rata - rata yang beraktivitas di luar, bekerja, adalah laki-laki. Sedangkan wanita biasanya kerja dalam ruangan atau di rumah," ungkap Abe.
Kategori :