Dari Seismometer hingga DART: Alat Canggih Deteksi Tsunami yang Menjaga Keselamatan Masyarakat

Kamis 26 Dec 2024 - 07:33 WIB
Reporter : Dudun
Editor : Novis

Indonesia dan Sistem Pendeteksi Tsunami: Sudahkah Memadai?

Sebagai negara kepulauan yang terletak di zona Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), Indonesia sangat rentan terhadap gempa bumi dan tsunami. Dalam sejarahnya, Indonesia telah menghadapi berbagai bencana tsunami besar, seperti tsunami Aceh pada tahun 2004 dan tsunami Selat Sunda pada tahun 2018. Karena itu, pengembangan dan penerapan sistem pendeteksi tsunami menjadi perhatian utama pemerintah dan berbagai lembaga terkait.

Berikut adalah penjelasan mengenai alat pendeteksi tsunami yang sudah dimiliki Indonesia dan tantangannya.

1. Sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System)

Setelah tsunami Aceh 2004, pemerintah Indonesia, melalui Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengembangkan InaTEWS, sebuah sistem peringatan dini tsunami yang mengintegrasikan berbagai teknologi.

• Komponen Utama:

o Seismometer untuk mendeteksi gempa bumi.

o Tide gauge untuk mengukur perubahan ketinggian air laut di pesisir.

o Buoy tsunami untuk mendeteksi tekanan gelombang di tengah laut.

o Sistem komunikasi dan sirene peringatan dini yang terhubung ke daerah rawan tsunami.

• Cara Kerja: Ketika terjadi gempa bumi, sistem seismometer segera mengukur magnitudo dan lokasi gempa. Data ini dikombinasikan dengan informasi dari tide gauge dan buoy untuk menentukan apakah gempa tersebut berpotensi memicu tsunami. Jika ya, BMKG segera mengeluarkan peringatan dini kepada masyarakat melalui sirene, media, dan aplikasi.

2. Buoy Tsunami di Indonesia

Indonesia sempat memiliki sejumlah buoy tsunami yang dipasang di perairan rawan tsunami, bekerja sama dengan negara lain seperti Jerman dan Amerika Serikat.

• Jumlah Buoy: Pada awalnya, Indonesia memiliki sekitar 22 buoy tsunami.

• Tantangan:

o Banyak buoy yang rusak, baik karena faktor teknis, vandalisme, atau pencurian.

Kategori :